Senin 07 Sep 2015 21:56 WIB

Penurunan Bunga KUR Dorong Perekonomian

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Djibril Muhammad
Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI
Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia menyambut baik rencana pemerintah menurunkan bunga kredit usaha rakyat (KUR) menjadi sembilan persen pada tahun depan.

Menurutnya, penurunan bunga KUR ini dapat mendorong perekonomian bahkan menjadi penyelamat ekonomi bangsa jika suatu saat terjadi krisis.

"Kita semua tahu bahwa sektor UMKM (usaha mikro kecil menengah) menjadi pahlawan ekonomi Indonesia saat krisis 1998. Maka itu UMKM harus terus didorong, salah satunya dengan penurunan bunga KUR," kata Bahlil, Senin (7/9).

Bahlil mengatakan penurunan bunga KUR menjadi salah satu topik yang selalu disuarakan oleh HIPMI. Selama ini, pengusaha kecil kesulitan mengembangkan usahanya karena tidak memiliki modal yang cukup.

"Permodalan menjadi masalah utama bagi pengusaha kecil. Mereka tidak bisa mengembangkan produk-produknya. Mau pinjam uang, tapi bunganya sangat besar," kata Bahlil.

Karena itu, Bahlil sangat mengapresiasi pemerintah yang akan kembali menurunkan bunga KUR.  Sebelumnya, pemerintah sejak awal Agustus sudah menurunkan bunga KUR dari 22 persen menjadi 12 persen.

Meski begitu, pemerintah tidak cukup hanya menurunkan bunga KUR apabila ingin menumbuhkan jumlah wirausaha di Indonesia. Tapi juga perlu ada suatu undang-undang yang mengatur usaha pemula.

HIPMI, kata dia, sedang berjuang agar pemeritah bisa mengeluarkan undang-undang tersebut. Menurutnya, UU itu sangat penting agar pengusaha pemula dapat dipermudah saat ingin mengajukan kredit ke perbankan.

Maklum, persyaratan mengajukan kredit ke perbankan selama ini sangat ketat. Seseorang harus lebih dulu memiliki usaha yang sudah berjalan, kemudian neraca usaha, serta rekening koran dalam beberapa bulan terakhir. "Kalau seperti itu bagaimana wirausaha mau tumbuh, kan usahanya saja belum dimulai," kata Bahlil.

Bahlil mengungkapkan, jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat minim yakni sekitar 1,3 persen dari total penduduk. "Kita butuh 1,5 juta wirausaha lagi untuk memabangun ekonomi," kata Bahlil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement