Selasa 01 Sep 2015 16:18 WIB

Jerman Siap Kucurkan Dana 400 juta Euro untuk Energi Terbarukan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ekonomi Jerman (ilustrasi).
Foto: investopedia.com
Ekonomi Jerman (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Jerman berniat memberikan pinjaman sebesar 400 juta euro kepada Indonesia untuk pengembangan energi baru terbarukan, termasuk geotermal. Duta Besar Jerman untuk Indonesia Georg Witschel menjelaskan, pemberian kredit ini merupakan bagian dari portofolio Jerman dalam pengembangan energi baru terbarukan sebesar 2 miliar euro atau setara dengan Rp 31,69 triliun.

Indonesia, lanjutnya, masuk dalam deretan negera yang dibantu dalam skema pembiayaan. Tak hanya itu, target pemerintah untuk menambah kapasitas listrik 35 ribu megawatt ternyata juga menjadi magnet tersendiri bagi Jerman.  

"Dana ini dititikberatkan pada energi terbarukan, untuk sementara ini jumlah kredit yang diberikan 400 juta euro dan sudah konkret dalam pipeline pendanaan, mungkin jumlahnya tidak seimpresif negara lain tapi satu yang kita lakukan tidak pernah ingkar janji," ujar Georg kepada media, Selasa (1/9).

Dana pinjaman yang dikucurkan oleh pemerintah Jerman nanti akan melalui Bank Pembangunan Jerman atau Kfw Bankgruppe. Perwakilan dari Kfw, Crishtoph Twerenbold mengatakan, salah satu alasan penting mengapa Jerman sangat tertarik untuk menyediakan sumber pendanaan adalah karena Indonesia dinilai sebagai salah satu penghasil karbondioksida tertinggi di dunia.

Hal ini sejalan dengan minat Jerman untuk menekan laju pemanasan global. Fokus pendanaan sebesar Rp 31,69 triliun ini, lanjut Twerenbold adalah pengembangan lapangan panas bumi dan pembangunan jaringan distribusi listrik.

"Jadi proyek disini kita utama pada pendanaan proyek ramah lingkungan serta bagaimana kita dapatkan energi ramah lingkungan. Jadi kita berikan pendanaan yang murah," ujar Twerenbold.

Selain pengembangan lapangan panas bumi, lanjut Twerenbold, pemerintah Jerman juga tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga surya di daerah terpencil. Hal ini, katanya, sejalan dengan target 35 ribu MW di mana 25 persennya harus memanfaatkan energi baru terbarukan.

Jerman sendiri ternyata tidak hanya sebatas tertarik dalam pengembangan sumber energi terbarukan. Pemerintah negara maju ini juga ingin ikut mengembangkan teknologi pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan, termasuk kereta cepat.

Hanya saja, Jerman tidak ingin mengapalkan kereta mereka ke Indonesia, namun Jerman ingin adanya alih teknologi dengan memroduksi kereta secara mandiri di Indonesia dengan menyerap tenaga lokal. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement