REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Gatot Nurmantyo mengaku pernah ditawari uang Rp 500 miliar agar dirinya membantu meloloskan izin impor beras. Namun, ia menolaknya karena hal tersebut sama saja dengan meremehkan kedaulatan negara. Ia tak menyebut siapa orang yang menawarinya uang tersebut.
"Makanya, lihat ada 1,4 juta ton beras, saya sudah bahagia, apalagi ditambah 1 juta lagi," katanya pada acara pembukaan kegiatan upaya khusus peningkatan perberasan Indonesia di kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Rabu (26/8).
Yang dibicarakannya yakni jumlah beras yang akan dikumpulkan Perum Bulog lewat para perusahaan penggilingan padi. Sebelumnya, disepakati para pengusaha penggilingan dan pemerintah sepakat menjual beras ke Perum Bulog hingga terkumpul 1.436.915 ton di September 2015.
Gatot menyebut, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebagai sahabat yang "menyebalkan". Sebab, ia disebut teramat ngotot tidak mengizinkan impor. Begitu pun dengan Mendag yang kala itu masih dijabat Rachmat Gobel. Gatot menyebut keduanya akur tak mau impor.
TNI menjadi bagian yang mengawal pencapaian swasembada beras di sawah. Setiap keluhan petani yang ditemukan anak buahnya ia himpun untuk dikoordinasikan pada Kementan. "Kalau swasembada tidak berhasil, saya siap gantikan Mentan untuk dicopot jabatannya," ujar dia.