Rabu 26 Aug 2015 21:28 WIB

Rupiah Melemah, Menteri Darmin Akui Seluruh Kawasan Panik

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ilham
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution memberikan sambutan seusai melaksanakan serah terima jabatan di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (12/8).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution memberikan sambutan seusai melaksanakan serah terima jabatan di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, melemahnya nilai tukar sejumlah mata uang terhadap dolar AS membuat seluruh kawasan sedang panik.

"Walaupun beda-beda satu sama lain, kita memang agak besar terkenanya," ujarnya di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (26/8), malam.

Untuk menyelamatkan diri, kata dia, otoritas yang bersangkutan melakukan intervensi, seperti melakukan pembelian SUN. "Tapi BI enggak bisa beli saham, soalnya kalau beli itu bakal dipertanyakan," lanjutnya.

Untuk mempercepat pasar agar ekonomi bergerak membaik dan memperbesar ekonomi proyek besar, salah satunya bisa melalui pembangunan sejumlah proyek. Dia mencontohkan proyek kereta cepat, meskipun saat ini belum diputuskan.

Menurutnya, proyek-proyek seperti ini harus dipercepat karena bisa berguna bagi perekonomian dalam jangka pendek. "Nah saat ini sudah kita lakukan, sekarang di IHSG sudah ada perbaikan, walaupun tidak besar," sambung Darmin.

Soal rupiah, ia tidak memungkiri jika masih belum ada perbaikan. Tetapi hal ini, kata dia, juga akibat dampak psikologi yang terjadi di masyarakat, terutama selama dua sampai tiga hari terakhir. "Yang menurut saya agak berlebihan, mestinya harus ada koreksi dari pasar sendiri dalam waktu dekat ini," tambah dia.

Khusus untuk saham, meski sudah agak terpuruk, sekarang ini sudah membaik. Berkaca dari Cina, ia menilai penurunan ekonomi Cina tidak terlalu tajam. Hal itulah yang menyebabkan efek psikologis mereka tidak terlalu terpengaruh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement