REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi ekonomi mulai dirasakan dampaknya oleh bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Ini terlihat dari lambatnya pembiayaan.
Direktur Utama BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate, Risdan Harly mengatakan, meski tidak agresif, pembiayaan meningkat menjadi Rp 14 miliar di paruh pertama 2015 ini dibanding akhir 2014 yang mencapai Rp 12 miliar.
Diakuinya, pembiayaan memang melambat. Dengan kondisi saat ini, BPRS pun memberi arah kepada mitra untuk mempertimbangkan dengan baik sebelum mengajukan pembiayaan.
''Kami menyampaikan baiknya mereka memanfaatkan pembiayaan jika memang membutuhkan dan tidak memaksakan diri,'' kata Risdan.
Pembiayaan BPRS Bahari Berkesan masih didominasi usaha mikro sebesar 60 persen dan sisanya konsumer.
Karena BPRS Bahari Berkesan milik Pemerintah Kota Ternate, mereka diberi keleluasaan untuk masuk ke empat pasar tradisional besar, termasuk ke Pasar Syariah Kota Ternate.
Harga kebutuhan yang naik ikut berimbas pada mitra. Ini terlihat dari angsuran mitra yang mulai perlu ada penjadwalan ulang dan restrukturisasi.
Pertumbuhan laba pun melambat, meski masih terlihat ada peningkatan. Per Juni 2015, laba BPRS Bahari Berkesan mencapai Rp 350 juta, tumbuh 50 persen dari Rp 211 juta di akhir 2014.
Semester pertama 2015, aset meningkat meningkat 100 persen. DPK Rp 18 miliar naik dari Rp 10 miliar di akhir 2014. 90 persen DPR berasal dari tabungan dan 10 persen deposito.
Hal serupa juga dirasakan BPRS Bhakti Sumekar, meski efeknya tak telalu besar karena portofolio pembiayaan yang didominasi segmen pekerja berpenghasilan tetap.
Direktur Utama BPRS Bhakti Sumekar Novi Sujatmiko mengatakan, 75 persen portofolio pembiayaan ditujukan untuk segmen PNS dan sisanya untuk segmen produktif.
''Laba memang turun dan ada kenaikan biaya operasional yang ikut mengikuti kenaikan harga, tapi karena segmen kami PNS, dampak pelemahan ekonomi tidak terlalu terasa,'' kata Novi.
Laba semester satu 2015 turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.