REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berencana membangun lima terminal, termasuk regasifikasi, untuk gas alam cair (LNG) dan tiga mini terminal LNG.
VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan empat terminal dan regasifikasi LNG berada di darat yakni Terminal LNG Bojanegara, Porong, Benoa, dan Makassar. Sisanya berada di atas laut atau berupa floating storage regasification unit (FSRU) yang berlokasi di Cilacap.
"Semuanya masih dalam tahap diajukan FID (keputusan akhir investasi), FSRU Bojanegara dan Cilacap yang sudah paling dekat realisasi pembangunannya," katanya di Jakarta, Jumat (31/7).
Rencananya, FSRU Cilacap berkapasitas 200 juta standar kaki kubik per hari atau million standard cubic feet per day (MMscfd). Salah satu peruntukan FSRU ini untuk mengganti bahan bakar Kilang Cilacap yang saat ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Proyek itu direncanakan berproduksi pada 2017.
Sementara itu, lanjut Wianda, proyek terminal dan regasifikasi LNG Bojanegara di Banten akan menjadi bagian yang menyatu dengan fasilitas gas Pertamina di Jawa Barat. Sebelumnya, Pertamina telah meneken pokok-pokok kesepakatan (head of agreement/HoA) dengan PT Bumi Sarana Migas--anak usaha Kalla Group--untuk membangun terminal penyimpanan dan regasifikasi LNG Bojanegara di Banten senilai 500 juta dolar AS pada 1 April 2015.
Terminal Bojanegara direncanakan berkapasitas 500 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Perusahaan pelat merah itu akan menggunakan fasilitas tersebut selama 20 tahun untuk regasifikasi LNG.
Kerja sama antara Pertamina dan Bumi Sarana Migas telah dimulai tahun lalu melalui penandatanganan nota kesepahaman studi bersama rencana pembangunan Terminal LNG Bojanegara. Penandatanganan dilakukan pada 12 Mei 2014.
Dia melanjutkan tiga mini LNG berlokasi di Simenggaris, Nunukan, dan Salawati (Papua). Kapasitas mini LNG berkisar 0,5 juta hingga 1 juta metrik ton (mtpa) per tahun.
Selain infrastruktur terminal dan regasifikasi LNG, BUMN Migas itu akan menambah jaringan pipa gas hingga 3.418 kilometer pada 2019. Pembangunan berupa pipa transmisi dan distribusi. Saat ini Pertamina melalui anak usaha PT Pertamina Gas (Persero) telah mengoperasikan 1.616 kilometer pipa. Pertamina berencana membangun pipa sepanjang 543 kilometer pada 2015, 324 kilometer (2016), 130 kilometer (2017), 208 kilometer (2018), dan 598 kilometer (2019).
Saat ini Pertagas menjadi penjual gas terbesar di Indonesia. BUMN gas tersebut menguasi 47 persen pasar penjualan gas Indonesia atau sekitar 1.791 MMscfd dari total penjualan 3.812 MMscfd.
PGN menempati posisi kedua perusahaan yang menjual gas paling banyak. Perusahaan yang dulunya tergabung dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) itu menguasai 1.715 MMscfd atau 45 persen pasar penjualan gas di Indonesia. Padahal, PGN menguasai 70 persen jaringan pipa gas di Indonesia. Perusahaan yang melantai di bursa dengan kode saham PGAS itu mengoperasikan jaringan pipa gas bumi lebih dari 6.100 kilometer.