Senin 27 Jul 2015 17:39 WIB

Malaysia Negara Tertinggi Tanam Investasi di Indonesia

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Satya Festiani
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani berbicara saat menggelar keterangan pers realisasi investasi Triwulan II Tahun 2015 di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (27/7).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani berbicara saat menggelar keterangan pers realisasi investasi Triwulan II Tahun 2015 di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan realisasi investasi penanaman modal pada semester I (Januari-Juni) 2015 mengalami peningkatan sebesar 16,6 persen atau sebesar Rp 259,7 triliun dibandingkan periode yang sama di 2014.

Rincian realisasi investasi proyek penanaman modal pada semester I 2015, ia katakan, terdiri dari realisasi investasi PMDN sebesar Rp 85,5 triliun dan PMA sebesar Rp 174,2 triliun.

Untuk realisasi investasi PMDN pada periode semester I 2015, terjadi peningkatan sebesar 17,4 persen dari periode yang sama di 2014 yang sebesar Rp 72,8 triliun. Peningkatan juga terjadi pada realisasi investasi PMA sebesar 16,1 persen dari Rp 150 triliun pada 2014 menjadi Rp 174,2 triliun pada 2015.

Franky menambahkan, realisasi PMDN terbesar disumbang dari lima sektor usaha seperti industri makanan sebesar Rp 14,1 triliun, listrik, gas, dan air sebesar Rp 11,6 triliun, industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi sebesar Rp 11,0 Triliun, konstruksi sebesar Rp 8,3 triliun, dan industri mineral non Logam sebesar Rp 6,7 triliun.

"Apabila seluruh industri pengolahan digabung, kontribusi sektor industri sebesar Rp 43,0 triliun atau 50,3 persen dari total PMDN," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor BKPM, Jalan Gatot Subroto, Jakarata Selatan, Senin (27/7).

Berbicara dari sisi wilayah proyeknya dalam realisasi PMDN, Franky mengatakan Jawa Barat menjadi yang tertinggi sebesar Rp 15,4 triliun, disusul Jawa Timur dengan Rp 12,6 triliun, DKI Jakarta sebesar Rp 8,3 triliun, Jawa Tengah sebesar Rp 7,2 triliun, dan Sumatera Selatan sebesar Rp 7,2 triliun.

Sementara untuk realisasi PMA berdasarkan sektor usaha, ia menjelaskan, terdiri atas Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi sebesar 2,4 miliar dolar AS, Pertambangan sebesar 2,2 miliar dolar AS, Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin, dan Elektronik sebesar 1,4 miliar dolar AS, Industri Angkutan dan Transportasi Lainnya sebesar 1,1 miliar dolar AS, dan Industri Kimia Dasar, Barang Kimia, dan Farmasi 0,9 miliar dolar AS.

Ia menilai, apabila seluruh sektor industri digabung, maka akan terlihat industri memberikan kontribusi sebesar 5,6 miliar dolar AS atau 40,1 persen dari total PMA.

Disinggung realisasi berdasarkan lokasi proyek, Franky mengatakan Jawa Barat masih menjadi yang tertinggi dengan 3,6 miliar dolar AS, diikuti DKI Jakarta sebesar 1,6 miliar dolar AS, Kalimantan Timur sebesar 1,2 miliar dolar AS, Banten dengan 1,0 miliar dolar AS, dan Jawa Timur dengan 0,8 dolar AS.

Sementara berdasarkan asal negara, Malaysia menempati posisi tertinggi  dengan 2,6 miliar dolar AS, disusul Singapura 2,3 miliar dolar AS, Jepang 1,6 miliar dolar AS, Korea Selatan 0,8 miliar dolar AS dan Amerika Serikat 0,6 miliar dolar AS. Selain itu keberadaan Cina yang menempati posisi 9 dari 10 negara, ia mengatakan BKPM perlu melihat kembali potensi yang secara rencana bisnisnya memiliki kecenderungan peningkatan besar pada semester tertentu.

"Secara mengejutkan Malaysia tempati urutan pertama karena investasi di bidang telekomunikasi," lanjutnya.

Pada tahun sebelumnya, investasi Malaysia hanya 1,8 miliar dolar AS, sedangkan pada semester I 2015 sudah dapat mencapai 2,69 miliar dolar AS.

Hal senada juga dikatakan Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis. Azhar mengatakan peningkatan investasi di luar Jawa terbilang cukup menggembirakan.

"Malaysia investasi besar di bidang telekomunikasi," katanya.

Menurutnya hal ini terjadi lantaran ada perluasan jaringan dan kualitas data milik perusaan-perusaahan telekomunikasi Malaysia di Indonesia seperti XL Axiata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement