Kamis 09 Jul 2015 23:35 WIB

Jokowi: Perlu Waktu Bangun Mesin Pertumbuhan Ekonomi Baru

Rep: Iit Septiyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden RI Joko Widodo berbicara dalam Silaturahim dengan Dunia Usaha Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi di JCC, Jakarta, Kamis (9/7).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Presiden RI Joko Widodo berbicara dalam Silaturahim dengan Dunia Usaha Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi di JCC, Jakarta, Kamis (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komoditas kini tak bisa diandalkan lagi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka diperlukan mesin baru agar ekonomi bisa tumbuh.

Hanya saja menurut Presiden Joko Widodo, butuh waktu untuk membangun mesin pertumbuhan baru. "Bangun infrastruktur butuh waktu, bangun pabrik ekspor juga perlu waktu karena tanpa infrastruktur pabrik tidak bisa jalan. Melatih SDM (sumber daya manusia) juga butuh waktu," jelasnya, Acara Silahturami dengan Dunia Usaha 'Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi' di JCC, Jakarta, Kamis, (9/7).

Jokowi menjelaskan, pemerintah memiliki strategi jangka pendek untuk menjaga stabilisasi. Salah satunya, perlu belanja pemerintah.

"Sambil menunggu pertumbuhan ekonomi bangkit, ada transisi yang bisa ditopang lewat belanja negara," ujarnya. Ia menambahkan, solusi lainnya adalah dengan menggalang dana invetasi dari Jepang, Korea Selatan, Singapura, Jerman, dan Amerika Serikat.

Dirinya mengatakan, tak perlu kuatir utang kepada luar negeri akan naik, karena pendanaan itu. "Perlu diingat, pendanaan ini untuk investasi yang meningkatkan produktivitas, bukan utang konsumtif atau untuk subsidi bbm. Harus dibedakan," tuturnya.

Jokowi meyakini, melalui kebijakan tersebut mendorong stimulus ekonomi sebesar 0,1 sampai 0,3 persen. Dirinya pun menyebutkan, pada jangka menengah dan jangka menengah, pemerintah berencana fokus di proyek infrastruktur.

Menurutnya, buruknya infrastruktur menjadi hambatan bagi mesin pertumbuhan. Maka perbaikan infrastruktur penting demi menekan biaya distribusi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement