REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sadar bisnis perbankan ritel sangat dipengaruhi kondisi ekonomi makro, Bank Syariah Mandiri (BSM) tumbuh selektif menghadapi lesunya ekonomi 2015.
Di semester satu 2015 ini, aset BSM mencapai Rp 67 triliun, meningkat Rp 4,2 triliun atau tujuh persen dibanding periode yang sama pada 2014. Pangsa aset terhadap industri perbankan syariah menjadi sebesar 24,8 persen.
Dana pihak ke tiga (DPK) sebesar Rp 59,2 trilun, bertambah Rp 4 triliun atau sekitar delapan persen dengan pangsa sebesar 27,7 persen. Dana murah (tabungan dan giro atau CASA) sebesar Rp 28,7 triliun, meningkat Rp 2,7 triliun atau 10,5 persen.
Pembiayaan Januari-Juni 2015 mencapai Rp 50,4 triliun atau meningkat Rp 1,3 triliun. Pendapatan jasa (fee base income) di enam bulan pertama 2015 ini sebesar Rp 516 miliar dan diharapkan bisa mencapai Rp 1 triliun hingga akhir tahun. NIM sebesar 6,7 persen dan rasio pembiayaan (FDR) 85,3 persen.
Direktur Utama BSM Agus Sudiarto mengatakan, di tengah kondisi ekonomi saat ini, perbankan syariah yang berbisnis di segmen ritel akan mengikuti kondisi ekonomi makro.
''BSM sendiri fokus menjaga kualitas, lebih selektif memilah pembiayaan,'' kata Agus dalam silaturahim BSM dengan media di Kantor BSM. Untuk likuiditas, Agus mengatakan BSM masih bisa menjaga dengan baik, bahkan berlebih. BSM optimistis peluang tumbuh tahun ini masih terbuka.
Direktur Bisnis dan Strategi BSM Agus Dwi Handaya mengakui meski terjadi pelambatan dari tahun sebelumnya, BSM masih bisa tumbuh selektif.
BSM bersyukur, meski belum mencapai angka ganda, BSM masih tumbuh baik terutama CASA yang meningkat 10,5 persen. Karena Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia melakukan revisi pertumbuhan ekonomi, BSM pun melakukan penyesuaian rencana bisnis bank (RBB).
''Revisi sudah kami ajukan, tapi belum disetujui OJK angka finalnya,'' kata Agus Dwi.
Tapi ia menggambarkan, di akhir tahun aset BSM ditargetkan mencapai Rp 72-75 triliun atau tumbuh 10-11 persen. Pembiayaan sebesar Rp 53-55 triliun, tumbuh 10-12 persen. DPK sebesar Rp 64-66 triliun, meningkat 9-12 persen. Dengan belanja pemerintah yang mulai cair di triwulan dua, BSM berharap ekonomi ikut bergerak di triwulan tiga dan empat. Pun ekonomi makro yang diharapkan bisa bergerak ke arah yang lebih jelas di paruh ke dua 2015.