Selasa 07 Jul 2015 16:38 WIB

Efisiensi Energi Mendesak untuk Dilakukan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Satya Festiani
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  Sudirman Said memberikan keterangan pers seusai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (19/5).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said memberikan keterangan pers seusai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi yang dinamis di Asia saat ini mengarah pada kebutuhan energi yang sangat cepat. Di Indonesia saja, di mana energi fosil masih sangat digandrungi, kebutuhan akan bahan bakar fosil mencapai 1,6 juta setara barel minyak per hari, dua kali lipat dari kapasitas produksi dalam negeri sebesar 800 ribu barel per hari.

Koordinator Efisiensi Sumber Daya untuk Wilayah Asia Pasifik Program Lingkungan untuk PBB Sabin Basnyat mengungkapkan, pada titik seperti saat ini efisien energi mutlak harus dilakukan. Namun, hingga kini target efisiensi energi hingga 10 persen pada 2020 mendatang masih terdengar sulit dilakukan. Salah satu kendalanya, menurut Sabin adalah sukarnya pendanaan.

"Salah satu solusi adalah menyediakan akses ke pendanaan," ujar Sabin, saat menghadiri sebuah diskusi bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Selasa (7/7).

Sabin menyebut, di wilayah ASEAN sendiri, potensi investasi oleh efisiensi energi sangat besar. Hingga 2035, lebih dari 300 miliar dolar AS dibutuhkan untuk memanfaatkan potensi efisiensi energi secara sepenuhnya. Total penghematan yang bisa dilakukan mencapai 500 miliar dolar AS.

"Selama ini usaha kecil menengah secara khusus mengalami kesulitan dalam mengakses pendanaan untuk merealisasikan efisiensi energi," ujar Sabin.

Sementara itu, Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Farida Zed menjelaskan, saat ini Indonesia tengah merumuskan langkah strategis bersama negara di Asia lainnya untuk mencapai target 10 persen efisiensi energi pada 2020. Caranya, lanjut Farida, adalah dengan melakukan labelling standardisasi peralatan industri.

"Sehingga kita mendapatkan barang yang hemat energi. Sosialisasi terus kita lakukan dan regulasi regulasi. 1500 auditor energi juga akan kita bentuk untuk tahun 2025," jelas Farida.

Selain itu, di sektor industri pemerintah juga akan melakukan edukasi bersama perbankan dan lembaga keuangan untuk menjembatani proyek-proyek oleh UMKM. Pemerintah berniat untuk meremajakan mesin-mesin industri yang lebih hemat energi.

"Manager energi dan auditor energi kita mintakan. Dan kita introducing cara memperlakukan karyawan dalam menghemat energi. Dan langkah lanjut introducing daripada teknologi hemat energi. Ini akan membuat cost mereka efektif dan membuat mereka lebih survive dalam menghadapi persaingan," ujarnya.

Farida menambahkan, industri yang saat ini menjadi fokus pemerintah untuk program efisien negeri adalah industri semen, seperti Semen Gresik dan Semen Padang.

"Karena ini bukan industri baru. Hari ini kita lihat praktik-praktik yang sudah sukses di berbagai negara yang bisa kita transfer ke negara kita dan bisa di  support perbankan," katanya.

Perbankan juga akan digandeng untuk memberikan pembiayaan kepada pengusaha kecil. Fokusnya adalah pengadaan mesin yang bisa menghemat energi.

"Maka perbankan bisa bantu pengadaan tersebut, kemudian pengembaliannya bisa melalui penghematan. Ini yang semula misalnya mereka gunakan 100 rupiah, ini hanya 50 rupiah. Sisa Itu lah yang kemudian digunakan untuk mengembalikan pay backnya," lanjutnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement