Ahad 05 Jul 2015 21:58 WIB

Pertamina Resmikan PLTP Kamojang, Ini Targetnya

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang petugas melakukan pengecekan sumur bor produksi KMJ 56 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, Garut, Jawa Barat.
Foto: Antara/Wahyu Putro
Seorang petugas melakukan pengecekan sumur bor produksi KMJ 56 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, Garut, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT - PT Pertamina (persero) meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) unit 5 Kamojang yang berkapasitas 1 x 35 megawatt. Peresmian yang juga dihadiri oleh Presiden Jokowi ini, menjadi satu upaya untuk menggenjot pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik panas bumi menjadi 1.026 megawatt hingga 2019 dengan nilai investasi sekitar 2,5 miliar dolar AS atau Rp 33,4 triliun.

Peningkatan kapasitas pembangkit ini sekaligus untuk mendorong pemanfaatan panas bumi nasional yang saat ini masih berada dikisaran 5 persen dari total sumber daya yang dimiliki. Direktur Utama Pertamina Dwi Sucipto mengungkapkan, proyek ini menjadi salah satu batu loncatan bagi korporasi untuk masuk ke era bisnis total project panas bumi, di mana Pertamina menggarap panas bumi dari uap hingga menjadi listrik.

Dwi mengungkapkan, Pertamina telah menempatkan pengembangan panas bumi dalam salah satu prioritas strategis, dan perusahaan telah memiliki cetak biru pengembangan panas bumi hingga 2019. Meski banyak hambatan, Dwi menegaskan bahwa Pertamina akan terus melakukan merealisasikan proyek-proyek panas bumi di Tanah Air.

“Di saat investor lain pun tidak banyak tergerak karena berbagai hambatan yang dialami, kami terus berinvestasi di sektor panas bumi salah satunya PLTP Kamojang 5 yang diresmikan oleh Presiden RI hari ini,” ujar Dwi, di sela acara peresmian, Ahad (5/7)

Saat ini Pertamina sedang melaksanakan proyek pengembangan panas bumi, meliputi PLTP Kamojang 5 (1x35 MW) dan Karaha (1x30 MW) di Jawa Barat, Ulubelu 3 & 4 (2x55 MW) di Lampung, Lumut Balai 1 dan 2 (2x55 MW) di Sumatera Selatan, Lahendong 5 dan 6 (2x20 MW). Kemudian pembangkit skala kecil Lahendong 2x5 MW di Sulawesi Utara, Sibayak 1x5 MW di Sumatera Utara, Hululais 1 dan 2 (2x55 MW) di Bengkulu, Sungai Penuh 1 (1x55 MW) di Jambi.

Keseluruhan proyek tersebut memiliki total kapasitas pembangkitan 505 MW dan investasi sekitar 2,5 miliar dolar AS.

Proyek-proyek tersebut akan mulai beroperasi komersial secara bertahap mulai 2015 hingga 2019. Dengan tuntasnya proyek-proyek tersebut, Pertamina akan memiliki kapasitas sebesar 907 MW pada tahun 2019 yang dapat menghemat penggunaan BBM sekitar 43.000 barel setara minyak per hari.

Dwi menambahkan, sebagai bentuk dukungan terhadap optimalisasi local content, dan memperkuat sinergi di antara perusahaan milik negara, hampir seluruh proyek panas bumi yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dilaksanakan oleh PT Rekayasa Industri.

"Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sekitar 7 ribu orang selama proyek berlangsung," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement