REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga membeberkan alasan memperpaanjang masa perjanjian tukar guling saham (Conditional Share Exchange Agreement/CSEA) dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) terkait monetisasi Mitratel. Menyusul telah berakhirnyaa masa perjanjian pada 30 Juni 2015.
“Kami ini menghormati proses yang tengah berjalan. Kita itu sedang ada proses di-review oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait transaksi ini. Saya tidak mau terkesan lari dari review dengan membatalkan CSEA itu. Karena itu diperpanjang tiga bulan," kata Alex usai menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Kamis (2/7).
Diungkapkannya, langkah perseroan meminta review dari berbagai lembaga negara seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPKP, dan Jamdatun, sesuai dengan permintaan dari Komisaris.
"Kami menghormati proses saja. Karena ini sedang jalan, makanya diperpanjang. Urusan nanti hasil review KPK bagaimana, kita lihat saja. Saya tidak mau berandai-andai. Saya itu mau menunjukkan Telkom sudah menjalankan Good Corporate Governance (GCG) dan menghormati calon mitra," kata Alex.
Ditambahkannya, direksi meyakini aksi korporasi ini merupakan opsi terbaik namun tetap memerlukan persetujuan dari Dewan Komisaris Telkom. Pengajuan persetujuan kepada Dewan Komisaris Telkom belum dilakukan karena menghormati proses review dan klarifikasi yang masih berlangsung dari KPK.
"Setelah RUPS terakhir, kewenangan dewan komisaris makin kuat di Telkom. Tidak hanya harus meminta persetujuan untuk penjualan aset dengan nilai diatas Rp 100 miliar, tetapi untuk aksi korporasi seperti peleburan, pendirian, atau pembentukan anak usaha yang memberikan dampak keuangan harus mendapat persetujuan komisaris," kata Alex menegaskan.
Wakil Ketua Komisi VI Azam Azman Natawijata menegaskan menolak rencana aksi korporasi yang bakal dilakukan BUMN telekomunikasi itu dengan Tower Bersama. "Kami menegaskan kembali menolak rencana penjualan strategis itu," katanya.
Seperti diketahui, Telkom akan melepas sahamnya di Mitratel secara bertahap kepada Tower Bersama dengan cara share-swap. Tower Bersama akan menguasai 100 persen saham Mitratel dengan kompensasi Telkom memiliki 13.7 persem saham TBIG. Secara bertahap, Telkom bisa menambah sahamnya dengan beberapa syarat. Proses transaksi ini telah bergulir sejak 2014.
Nilai transaksi saat diumumkan (10 Oktober 2014) adalah sebesar Rp 11.065 triliun dimana harga saham Tower Bersama sebesar Rp 7.972 per lembar. Nilai transaksi tersebut menghasilkan 763 juta lembar saham. Apabila jumlah lembar saham tersebut menggunakan harga per tanggal 1 Juli 2015 yaitu sebesar Rp 8.850 per lembar,maka telkom mendapat gain sebesar Rp 923 per lembar atau secara total Rp 704 miliar.
Analis dari Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan menyakini transaksi masih bisa terjadi karena manajemen kedua perusahaan yang sangat suportif terhadap transaksi itu. “Tetapi, kami juga menilai ada risiko batalnya transaksi itu karena alasan politik,” katanya.