REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, mengatakan pemerintah cukup realistis dengan menurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi 2016. Heri mengatakan ekonomi Indonesia pada tahun depan memang bisa lebih baik, tapi masih sulit untuk tumbuh tinggi.
"Kalau tahun ini pertumbuhan di kisaran lima persen, tahun depan setidaknya maksimal 5,5 persen," kata Heri kepada Republika, Senin (22/6).
Heri menyebut ada dua faktor yang membuat ekonomi Indonesia bisa lebih baik. Dari sisi domestik, daya beli masyarakat diyakini membaik. Ini setelah pemerintah mencoba mengeluarkan beberapa stimulus untuk mendongkrak konsumsi.
Misalnya, menghapus pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk beberapa jenis barang. Namun, daya beli masyarakat bisa saja tetap tertekan mengingat nilai tukar dolar Amerika Serikat yang diprediksi semakin menguat.
Selain itu, harga komoditas akan mulai membaik karena membaiknya ekonomi Amerika dan Eropa. "Permintaan dari mereka akan meningkat sehingga harga komoditas bisa naik. Tapi, tidak naik signifikan," ujarnya.