Senin 22 Jun 2015 17:05 WIB

Indosat dan XL Dikabarkan Tawar Saham LINK

Layar pergerakan harga saham di sebuah bursa efek di Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi/ca
Layar pergerakan harga saham di sebuah bursa efek di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  PT First Media Tbk akan melepas sebagian saham PT Link Net Tbk (LINK). Dua operator yang kabarnya ikut menawar divestasi 33,82 persen saham Link Net dari First Media adalah PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL). 

Selain keduanya, pesaing lain adalah Grup MNC melalui PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Terkait kabar beredar yang menyatakan banderol sebagian saham Link Net menembus angka 500 juta dolar AS. 

“Saat ini Link Net posisinya adalah anak usaha First Media. Harus dicermati juga beban dari Link Net yang ditanggung First Media. Nanti, kalau sudah dilepas tentu tak ditanggung lagi oleh induk usaha,” kata  Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam keterangan tertulisnya, Senin (22/6).

First Media sendiri telah melepas 7,45 persen sahamnya atau 226,68 juta saham dalam Link Net di harga Rp 6.000 per saham pada Oktober 2014 lalu.

First Media menerima Rp 1,3 trilun dari aksi private placement tersebut. Pembeli saham itu yakni Credit Suisse (Singapore) Limited, Goldman Sachs International, dan CIMB Bank Berhad, Cabang Labuan Offshore yang akan melegonya ke investor institusional.

Menyoal kabar Indosat dan XL Axiata yang tengah membidik saham LINK, Reza menyarankan kedua operator itu bersinergi menggarap layanan triple play dengan memanfaatkan kekuatan jaringan serat optik yang dimilikinya.

"Kalau dilihat kondisi keuangan dari kedua operator itu, lebih baik mereka bersinergi saja. Bisa dari sisi jaringan atau membuat perusahaan patungan untuk menggarap layanan telepon, internet, dan TV (Triple play). Ini akan lebih efektif dari sisi keuangan dan bisa kompetitif menghadapi Telkom yang menguasai pasar Triple Play,” papar Reza.

Menurutnya, saat ini kondisi keuangan dari XL dan Indosat tengah dibebani jumlah utang yang besar. Jika memaksakan diri ikut dalam persaingan mendapatkan sebagian saham Link Net, pilihannya berutang atau menerbitkan saham baru.

“Opsi pendanaan tak bagus bagi keduanya. Lebih baik sinergikan jaringan optik yang dimiliki. Tetapi ini semua tergantung kepada pemegang saham masing-masing,” kata Reza menambahkan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement