REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Martin Panggabean menganggap Dana Moneter Internasional (IMF) terlalu pesimistis dengan perekonomian Indonesia.
Ia tidak sepakat dengan proyeksi IMF bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal mentok di angka 4,7 persen pada tahun ini.
Martin berpendapat proyeksi IMF terlalu mempertimbangkan kondisi global. Ini lantaran perekonomian global diprediksi tetap melambat lantaran harga komoditas yang belum akan membaik. Selain itu juga karena adanya rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat the Federal Reserve (the Fed).
"Ada faktor-faktor lain yang belum dipertimbangkan IMF. Yaitu faktor internal kita. IMF terlalu pesimis dengan Indonesia," kata Martin kepada Republika, Rabu (17/6).
Mantan Ekonom Bank Mandiri tersebut mengatakan faktor itu salah satunya adalah meningkatnya investasi pemerintah melalui belanja infrastruktur setelah dilakukannya pengalihan subsidi BBM. Martin mengatakan pembangunan infrastruktur akan sangat mendorong perekonomian.
"Ada banyak aktivitas ekonomi dalam pembangunan infrastruktur," ujarnya.
Martin masih cukup yakin pemerintah bisa mengeksekusi belanja infrastruktur dengan baik. Apalagi pembangunan infrastruktur memang menjadi prioritas kerja pemerintahan Joko Widodo.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan didorong dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Dia meyakini konsumsi masyarakat bakal melonjak lantaran memasuki bulan Ramadhan.
"Faktor musiman seperti bulan Ramadhan ini saya pikir belum dipertimbangkan IMF. Proyeksi saya ekonomi bisa tumbuh di kisaran 5-5,2 persen tahun ini," ujar dia.