REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengaku siap untuk meningkatkan kemampuannya pada seluruh mata rantai bisnis gas secara terintegrasi sehingga diharapkan terjadinya perkuatan pasokan gas untuk domestik.
Direktur Utama Pertamina Dwi Sucipto menyebut, sebagai perusahaan energi yang menguasai sumber gas dan terus mengembangkan infrastruktur gas pipa dan LNG, memungkinkan Pertamina untuk berperan sebagai aggregator gas nasional yang dapat menjangkau sumber pasokan dari di dalam dan luar negeri dan memasok di banyak destinasi demand di Indonesia.
Lebih lanjut Dwi menyatakan bisnis gas Pertamina ke depan akan lebih dominan dibandingkan dengan kondisi saat ini. Menurut dia, untuk memastikan prospek bisnis tersebut dapat dioptimalkan hasilnya di masa mendatang, Pertamina dan anak-anak perusahaan di sektor gas saat ini agresif membangun infrastruktur gas alam di Tanah Air.
Dwi mencontohkan, Pertamina yang merupakan pioneer bisnis LNG di dunia melalui LNG Plant Badak dan Arun kini tengah memproses rencana pembangunan beberapa fasilitas penerima LNG, baik di Jawa maupun Indonesia bagian Timur.
"Infrastruktur tersebut akan melengkapi infrastruktur penerima LNG yang sudah ada, yaitu FSRU Jawa Barat yang dioperasikan oleh PT Nusantara Regas dan Arun Regas yang dioperasikan oleh PT Perta Arun Gas, di mana modifikasi LNG Plant menjadi LNG Regasification di Arun juga merupakan yang pertama di dunia," jelas Dwi, Ahad (7/6).
Melalui PT Pertamina Gas (Pertagas), lanjut Dwi, Pertamina sedang menyiapkan proyek pembangunan pipa transmisi gas di Pulau Jawa yakni ruas Pipa Semarang - Gresik dan Semarang-Cirebon yang apabila proyek itu tuntas Trans Java Pipeline akan terwujud. Selain di Pulau Jawa, Pertagas juga membangun jalur pipa gas dari Arun ke Kawasan Industri Medan (KIM) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sumatra Utara.
Dari dalam negeri, Pertamina kini telah memproduksi gas sebanyak 1,63 miliar kaki kubik per hari dan telah mendapatkan alokasi gas dari dalam bentuk gas pipa seperti gas Jambaran-Tiung Biru dan Terang Sirasun Batur maupun dalam bentuk LNG domestik baik dari Bontang maupun Tangguh. Adapun, dari sumber luar negeri, Pertamina mendapatkan kepastikan pasokan impor LNG dari Cheniere Corpus Christi, Amerika Serikat sebanyak 1,5 juta ton mulai 2019 selama 20 tahun, juga dari Afrika sebanyak 1 juta ton per tahun, mulai 2020 untuk jangka waktu 20 tahun.