REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhamadiyah menggelar seminar dan lokakarya dengan tema 'Cetak Biru Gerakan Ekonomi Muhammadiyah'. Tema ini dirasa sangat tepat khususnya bagi Indonesia yang telah memasuki era globalisasi dan gempuran konsep liberal.
Ketua Majelis Ekonomi dan kewirausahaan PP Muhamamdiyah, Syafrudin Anhar, dalam kata pengantarnya saat pembukaan acara menyatakan kelahiran cetak biru gerakan ekonomi Muhammadiyah tidak lepas dar pengaruh persoalan kebijakan ekonomi nasional dan dunia yang saat ini berkembang dengan pesat. Apalagi dalam setiap rezim atau penguasa memiliki tantangan yang unik.
Terutama dalam bidang ekonomi, politik, birokrasi dan pemerintahan. Muhammadiyah menyadari hampir semua rezim memiliki tantangan tersebut, terlebih diera globalisasi dengan banyaknya persoalan seperti kemiskinan, pengentasan pengangguran, inflasi dan merosotnya nilai tukar mata uang.
Dalam hal ini, Muhammadiyah ingin melakukan revitalisasi peran dan fungsinya sebagai kekuatan ekonomi yang dapat dijadikan contoh dalam kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah.
Lebih lanjut, tokoh ekonomi Muhammadiyah itu mengatakan bahwa, mantan Presiden Amerika Jimmy Carter di tahun 1980-an mengatakan, bahwa dunia tidak akan pernah damai apabila dunia ini dihuni oleh sepertiga orang kaya dan dua pertiga orang miskin. Hal ini menandakan bahwa, dunia yang damai dan dunia yang sejahtera bukan terletak pada faktor politik tapi bagaimana terjadinya keseimbangan ekonomi.
Ia mencontohkan apa yang terjadi di kawasan Timur Tengah yang selama ini telah terjadi Arab Spring yang menjalar the war of middle east.
Terjadinya semua itu tidak lepas dari koefesien gini atau ukuran pemerataan yang tidak merata. Dimana rasio gini di Timur Tengah mencapai 0,45 sementara Indonesia 0,43. “Realitas itulah yang harus disikapi bersama oleh warga Muhammadiyah,”terangnya.
Kemudian, peneliti Jepang Kenichi Ohmahe, mengatakan, bahwa ketika batas – batas negara tidak penting lagi maka yang berlaku adalah komponen-komponen dari perkembangan ekonomi. Lantas apa itu perkembangan ekonomi Kenichi Ohmahe menyebutkan adalah 4 I (Four I), yaitu pertama,investasi, kedua, Industri, ketiga, informasi teknologi. Keempat, individual consumers.
Berkaca dari pemikiran tersebut, kembali ucap Syafrudin, maka dengan globalisasi yang tanpa batas, Muhammadiyah sebagai kekuatan ekonomi bangsa sangat memiliki kepentingan besar. Apalagi Muhammadiyah sebagai organisasi selama ini telah tumbuh sebagai kekuatan ekonomi dengan aset yang sangat besar.
Maka dari itu di Palembang, Muhammadiyah ingin menghasilkan rumusan cetak biru gerakan ekonomi Muhammadiyah. Dimana didalamnya berisikan tentang perencanaan program pemberdayaan ekonomi Muhammadiyah secara menyeluruh.