REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Pertanian, Peternakan, dan Perekebunan DPP Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Emil Arifin menilai kasus produk makanan yang dicampur dengan bahan berbahaya sudah terjadi berkali-kali. Namun, dampak yang terjadi tidak sebesar dibandingkan kasus beras yang dicampur bahan plastik.
"Kasus beras sintetis ini menjadi peringatan yang penting atau bisa dibilang wake up call untuk semua lapisan," ungkap Emil kepada ROL, Ahad (24/5). Menurutnya, jika terjadi terhadap beras dampaknya menjadi besar dan keseluruhan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, hal tersebut mestinya bisa menjadi perbaikan keamanan secara menyeluruh. Masih menurut Emil, mulai dari keamanan perdagangan impor ekspor hingga keamanan pada perlindungan konsumen.
Terkait dengan hal tersebut, ia menilai semua produk bahan pangan harus lebih ditingkatkan resistrasinya. Menurutnya, semua aspek untuk pengamanan bahan pangan harus dijaga dan diterapkan.
"Biar BPOM tidak kecolongan, karena mereka kan hanya bisa mengawasi yang sudah terdaftar. Kalo pelaku beras sintetis hanya petani-petani kecil kan nggak ketawan," ungkap Emil.
Selain itu, pasca penemuan beras plastik Emil menilai harus ada pembinaan kepada semua lapisan masyarakat.
"Kalau benar ada beras sintetis, penyuluhan kepada masyarakat harus dilakukan hingga daerah-daerah kecil," tutur Emil.