Jumat 22 May 2015 02:04 WIB

Pemda Dinilai Hambat Kegiatan Eksplorasi Migas

Rep: C84/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Eksplorasi migas
Eksplorasi migas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan proses kegiatan operasi minyak dan gas (migas) kerap mengalami hambatan dari para pemerintah daerah (Pemda).

Ia menambahkan, hal ini terjadi lantaran masih banyak pejabat Pemda yang belum memahami tata kelola hulu migas. "Teman-teman Pemda belum paham business oil and gas. Expect mereka beda dengan yang apa kita deliver," ujarnya dalam acara The 39th IPA Convention dan Exhibition di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (21/5).

Akibat minimnya pemahaman ini, Amien meyatakan regulasi derah tidak sepemahaman dengan program percepatan produksi migas yang dilakukan pemerintah pusat yang pada akhirnya mengganggu produksi migas.

"Banyak Pemda mendirikan BUMD agar bisa ikut mengelola blok migas. Banyak dari Pemda tidak tahu bila dengan ikut mengelola, harus menyiapkan dan investasi yang besar, tapi belum tentu untung, bila tidak menghasilkan produksi migas yang ekonomis, maka uang yang dikeluarkan habis,"

Sementara itu, Ketua Komite Eksplorasi Nasional Andang Bachtiar mengakui pemda memegang peranan dalam banyak izin di sektor migas.

"Ada 341 total izin migas, dimana 101 izin ada di Pemda. Sementara sisanya ada di kementerian dan lembaga negara. Namun saat ini izin di kementerian sudah dipangkas, di ESDM saja dari 52 sudah menjadi 42 izin," ujar Andang.

Padahal menurut Andang, Indonesia sendiri terus melakukan eksplorasi migas mengingat cadangan minyak nasional saat ini saja tinggal tersisa sekitar 3,5 miliar barel, dan bisa habis sekitar 12 tahun lagi. Menurutnya, kalau Indonesia tidak mempercepat pengadaan eksplorasi migas maka akan hancur. Untuk itu, ia katakan, regulasi atau izin yang selama ini ia nilai kerap menghambat kegiatan eksploarsi segera diselesaikan.

"Setiap tahun kita cuma dapat 140 juta barel dari eksplorasi. Pengurangan dari yang ada akan . Tapi kalau kita produksi 280 juta barel per tahun artinya akan gini saja terus. Ini yang jarang dijadikan program untuk bagaimana eksplorasi hasilkan sekian juta barel," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement