REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago mengatakan pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi 2016 karena mencoba realistis dengan kondisi saat ini. Pertumbuhan ekonomi pada tahun depan ditargetkan berada di kisaran 5,8-6,2 persen.
Andrinof mengakui asumsi tersebut lebih rendah dari yang telah ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 sebesar 6,4-6,6 persen.
"Kalau asumsi tahunan, tentu lebih melihat situasi yang riil. Jadi, tidak ada masalah," kata Andrinof, Rabu (20/5).
Andrinof mengatakan melambatnya ekonomi global menjadi penyebab mengapa pemerintah memasang target lebih rendah dari RPJMN.
"Tapi ini kan baru asumsi dasar, bisa saja kita tingkatkan lagi kalau prospek ekonomi global membaik," ucap dia.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui target tersebut memang lebih rendah dari yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Tapi, masih lebih tinggi dari asumsi pertumbuhan pada tahun ini yang ditargetkan 5,7 persen.
Belum membaiknya kondisi ekonomi global seperti menurunnya harga komoditas dan risiko penguatan dolar, membuat pemerintah akan lebih mengandalkan kegiatan pembangunan infrastruktur untuk mengejar pertumbuhan.
"Pembangunan infrastruktur di berbagai daerah akan menjadi pemicu utama pertumbuhan ekonomi. Jadi, lebih bertumpu pada faktor dalam negeri," kata Bambang saat menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal di DPR, Rabu (20/5).