REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan, impor sapi yang dilakukan oleh pemerintah tidak menjamin adanya penurunan harga jual daging sapi saat puasa dan lebaran. Faktor harga pangan saat puasa dan lebaran tidak hanya berdasarkan suplai saja namun juga distribusi dan pengaruh nilai mata uang.
"Kita harus liat juga saat harga sapi naik, apakah petani atau peternak betul-betul mau memotong sapinya," ujar Hendri di Jakarta, Selasa (19/5).
Menurut Hendri, penghitungan data stok sapi perlu dicermati. Harus ada sinkronisasi antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, sehingga jumlah sapi yang di impor dapat mengamankan kebutuhan pasokan saat puasa dan lebaran. Selain itu, pemerintah perlu memperhatikan definisi stok sapi apakah termasuk yang dimiliki oleh individu. Karena, ketika harga melonjak belum tentu mereka mau memotong sapinya.
"Semua mekanisme harga diserahkan ke pasar, pemerintah kan tidak punya cadangan untuk daging sapi," kata Hendri.
Hendri mengatakan, impor tidak boleh menjadi solusi berkepanjangan. Pemerintah harus membuat terobosan untuk pengendalian harga sehingga inflasi di sektor pangan dapat diminimimalisir.
Pengendalian harga harus dilakukan dari dua sisi yakni konsumen dan produsen, sehingga keduanya bisa mendapatkan harga yang adil. Selain itu, pemerintah juga harus membuat jaminan harga yang menguntungkan produsen atau petani.