REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO -- Bersama Bank Pembangunan Islam (IDB), petinggi Cina tengah membicarakan skema pembiayaan syariah yang rencananya akan juga digunakan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB).
Langkah yang diambil bisa dengan menerbitkan sukuk yang terbukti mampu menjaring dana dari berbagai negara beberapa tahun belakangan ini. Bisa juga dengan pembiayaan sejumlah lembaga keuangan multilateral.
Kerja sama potensial IDB dengan AIIB, yang sejauh ini memiliki 20 negara yang sama-sama tergabung dalam dua lembaga itu, akan membuka kesempatan lebih besar untuk mengumpulkan dana dari sektor privat dan investor Islam, baik dari Timur Tengah maupun Asia Tenggara.
''Delegasi kami sudah mengunjungi Cina dan kami harap Cina juga akan melakukan hal sama dalam waktu dekat. Kami siap bekerja sama dengan AIIB dalam pengembangan pembiayaan Islam,'' tutur Presiden IDB Ahmad Mohamed Ali seperti dikutip South Cina Morning Post, Jumat (15/5).
Banyak analis yakin, AIIB akan butuh pengembangan pola-pola investasi sambil mengembangkan rancangan internal mereka.
Menurut Bank Dunia, negara-negara ekonomi berkembang membelanjakan sekitar satu triliun dolar AS per tahun untuk infrastruktur dan tambahan satu triliun hingga satu setengah triliun dolar AS akan dibutuhkan hingga 2020 untuk pemenuhan kebutuhan air, energi, dan transportasi.
Keuangan Islam yang banyak disokong aset sumber alam membuat sukuk jadi ideal untuk menopang transaksinya. Tapi hingga saat ini, formatnya dibuat jangka lebih pendek dangan besar nilai relatif sedang.
IDB ingin mengubah ini. Karena itu, IDB pun tengah merancang unit infrastruktur.
''Unit riset kami sedang mendalami cara-cara ke sana dan pembentukan unit khusus infrastruktur juga sudah masuk dalam pembahasan,'' kata Ali.
Meski belum mulai beroperasi, AIIB sudah menumbuhkan minat negara-negara Asia yang tengah membangun infrastruktur yang banyak pula di antaranya adalah anggota IDB.
IDB juga berkoordinasi dengan Turki, Indonesia, dan Arab Saudi untuk mendorong mengemukanya bahasan sukuk di antara negara-negara anggota G20 dalam pertemuan tahunan mereka.
Selain tiga negara mayoritas Muslim itu, AIIB juga memperhitungkan negara-negara Islam seperti Kazakhstan, Pakistan, Qatar, Jordan dan Oman sebagai anggota pembentuk, mengingat mereka sudah atau akan menerbitkan sukuk.
Kompetitor AIIB, Bank Pembangunan Asia (ADB), juga mendorong anggotanya untuk menggunakan sukuk untuk alternatif pembiayaan.