Ahad 17 May 2015 11:15 WIB

OJK Sampaikan Esensi Keuangan Islam di Vatikan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Satya Festiani
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad
Foto: Republika/Agung Supri
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Menjunjung nilai moral, keuangan syariah bertujuan mensejahterakan masyarakat miskin dengan membuka akses keuangan bagi mereka.

Dalam penuturannya sebagai pembicara kunci seminar Economic & Business Ethic In Christianity And Islam yang berlangsung di Universitas Pontifikal Santo Thomas Aquinas, Vatikan, Jumat (15/5), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad membahas konsep keuangan Syariah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya kaum miskin.

Muliaman menyampaikan, peran penting industri keuangan syariah harus diarahkan untuk meningkatkan akses masyarakat ke sektor keuangan atau inklusi keuangan. Sehingga keberadaannya bermanfaat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.

''Selain berperan menyerap guncangan keuangan dan pengembangan ekonomi, industri keuangan syariah penting untuk meningkatkan inklusi keuangan termasuk di dalamnya dengan literasi keuangan,'' ungkap Muliaman dalam siaran resmi kepada media, Ahad (17/5).

Meningkat dan berkembangnya industri keuangan harus diikuti peningkatan akses sebagian besar penduduk pada layanan keuangan termasuk akses ke pendanaan untuk UKM dan pengusaha.

Muliaman juga menyebutkan, konsep keuangan Islam dan Katolik memiliki kesamaan yaitu menuju sistem keuangan yang berbasis etika, menjunjung keadilan dan bertujuan membantu yang miskin.

Beberapa hal penting lain yang juga disampaikan Muliaman untuk pengembangan industri keuangan syariah antara lain mendorong operasi pasar bebas, adil , dan transparan dalam sektor jasa keuangan syariah, peningkatan kemampuan sumber daya manusia di bidang keuangan syariah dan  pengembangan produk standar  keuangan syariah melalui penelitian dan inovasi.

Pembicara kunci lain dalam seminar ini adalah Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson, seorang kardinal Gereja Katolik Roma Ghana yang menjabat sebagai presiden Dewan Kepausan untuk keadilan dan perdamaian.

Dalam kesempatan itu hadir pula Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah dan Muhammad Syafii Antonio pakar keuangan dan perbankan syariah yang saat ini menjabat sebagai Pimpinan Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia sebagi pembicara.

Acara tersebut merupakan kerjasama antara Kedutaan Besar Indonesia di Tahta Suci Vatikan, Dewan Kepausan bidang Perdamaian dan Keadilan serta Universitas Pontifikal Santo Thomas Aquinas atau Angelicum, sebuah universitas Kepausan yang dikelola Tahta Suci Vatikan.

Industri keuangan syariah dalam perkembangannya sekitar 40 tahun ini tetap memegang prinsip pembentukan keadilan ekonomi, distribusi kekayaan yang adil dan penyaluran dana masyarakat terhadap kegiatan ekonomi riil yang produktif dan bermanfaat.

Secara global, perbankan Syariah tetap sektor yang paling berkembang dengan pertumbuhan tahunan sekitar 16 persen dan total aset satu triliun dolar AS. Pasar Modal Islam, khususnya pasar sukuk, telah dikembangkan secara signifikan dengan jumlah penerbitan pada 2012 mencapai nilai 139 miliar dolar AS.

Industri keuangan nonbank syariah juga terus tumbuh dan berperan penting dalam memenuhi tujuan industri seperti takaful (asuransi syariah), bank investasi, manajemen aset, dana Pensiun,  lembaga Keuangan mikro dan lain-lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement