REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Otorias Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad kecewa dengan pertemuan-pertemuan negara G-20 yang membahas sistem keuangan global beberapa waktu lalu. Menurut Muliaman, pertemuan tersebut tidak memberikan banyak manfaat bagi industri keuangan di Indonesia. Saking kesalnya, Muliaman menyebut forum tersebut tak lebih dari debat kusir semata.
"Saya menilai tidak banyak kemajuan yang diperoleh disitu. Pertemuan itu hanya debat kusir, cuma (membuat) pegal, hanya debat kusir antara negara maju saja misalnya AS dan Eropa," ujarnya dalam sebuah seminar ekonomi di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (13/5).
Muliaman menambahkan, krisis ekonomi sejak 2008 lalu sendiri telah membuat sejumlah perubahan dalam industri keuangan global yang datang dari inisiatif negara-negara G-20. Inisiatif itu, lanjutnya, terkait soal pengaturan perbankan untuk membuat inisiatif regulasi global.
Meski demikian, ia menyayangkan, adanya inisatif itu tak jua menghasilkan keputusan apapun dimana kata dia negara-negara dalam G-20 belum mencapai kata sepakat tentang industri keuangan global. Negara-negara maju, Muliaman katakan, masih mementingkan kepentingan pribadinya sehingga menurutnya Indonesia tidak perlu menunggu lebih lama dalam melakukan perbaikan keuangan dalam negeri.
"Inisiatif pasca krisis keuangan global, peraturan yang semakin ketat kepada perbankan itu pasti. Sekarang menjadi besar itu mahal. Jadi ada kejadian lucu dimana banyak perusahaan perbankan tidak mau menjadi lebih besar," lanjut Muliaman.
Ia menambahkan, kalau Indonesia ingin bangun sistem keuangan yang sehat dimana di dalamnya terkandung aspek kompetitif serta tidak ribet, ia mengutarakan dengan memanfaatkan kinerja anak perusahaan menjadi lebih signifikan.