REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rupiah, pada penutupan Jumat lalu (8/5), kembali menembus Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Hanya saja sebelumnya Rupiah sempat menguat dan berada di bawah 13 ribu per dolar AS.
Menurut Analis Pasar Keuangan, Farial Anwar, penguatan rupiah tersebut merupakan intervensi dari Bank Indonesia (BI) sehingga bersifat sementara. "Lebih karena intervensi BI ya bukan karena suplai dolarnya," tegasnya, saat dihubungi, Minggu, (10/5).
Ia menambahkan, BI tak bisa terus mengintervensi dolar, karena cadangan devisanya telah menurun dari 115 menjadi 110 dolar AS. Farial menyebutkan, saat ini hanya BI yang menjual dolar, sedangkan permintaannya besar.
"Orang kaya rame-rame simpan dolar membuat rupiah melemah. Padahal sekarang cuma BI yang jual dolar," tuturnya.
Ia mengatakan, bila transaksi di dalam negeri juga harus menggunakan dolar, maka terjadi dolarisasi. "kan sekarang rame-rame jual saham, makin lari saja dolarnya ke atas. Kita harus siap mental dengan guncangan yang kemungkinan ke depannya bisa terjadi," jelasnya.