REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menegaskan tidak akan merevisi investasi meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I tahun 2015 hanya 4,71 persen.
“Kami orientasi investasinya di jangka panjang. Secara umum memang ada pelemahan ekonomi dengan pertumbuhan 4,7 persen, tetapi tidak semua sektor melemah,” kata Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Elvyn G Masassya, di Bandung, Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Pihaknya mengaku kini fokus pada investasi, khususnya pada saham yang pasarnya di dalam negeri. Kemudian di surat utang, BPJS Ketenagakerjaan fokus pada investasi yang tenornya lebih panjang. Dia menyebutkan, ada sektor-sektor tertentu di pasar domestik yang memiliki bagi hasil sangat bagus.
“Artinya saya tidak terlalu melihat implikasi pertumbuhan ekonomi 4,7 persen ini berdampak signifikan terhadap investasi,” katanya.
Ia menyontohkan indeks, yang masih naik turun. Kalau indeks masih ada peningkatan, kata dia, artinya masih ada permintaan.
Pihaknya sebagai investor melihat kelaziman kondisi ekonomi Tanah Air di kuartal pertama memang tidak terlalu tumbuh tinggi. “Nanti kita lihat apakah memberi pengaruh setelah satu semester,” ujarnya. Namun, pihaknya optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua lebih baik dibandingkan kuartal pertama.
Sementara itu, Kepala Divisi Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan Abdul Cholik mengatakan, BPJS Ketenagakerjaan berhasil meningkatkan total dana investasi per triwulan I 2015. Total dana investasi kuartal I 2015 mencapai Rp 195,35 triliun atau 83,84 persen dari RKAT 2015.
“Total dana ini tumbuh sebesar 22,93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” katanya. Adapun alokasi aset pada kuartal I 2015 terdiri dari instrumen surat utang 44,4 persen, deposito 28,21 persen, saham 19,36 persen, reksadana (7,43 persen), dan investasi langsung (0,59 persen). Sementara total hasil investasi kuartal I 2015 mencapai Rp 5,45 triliun atau 27,2 persen dari RKAT 2015 dan mencapai 122,93 persen dari periode yang sama 2014.
“Hasil investasi ini belum termasuk unrealized gain sebesar Rp 1,47 triliun,” ujarnya. Total YOI annualized pada kuartal I 2015 mencapai 11,47 persen dengan pencapaian YOI tertinggi dari saham 17,09 persen, reksadana 14,68 persen, dan properti 12,06 persen.