Selasa 05 May 2015 07:58 WIB

OJK: Laba Bersih Perbankan Kuartal I Melambat

Rep: c87/ Red: Satya Festiani
Ketum Indonesian National Shipowners Association (INSA) Carmelita Sutoto (kiri), dan Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis menjadi narasumber saat diskusi panel tentang
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ketum Indonesian National Shipowners Association (INSA) Carmelita Sutoto (kiri), dan Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis menjadi narasumber saat diskusi panel tentang "Menggali Potensi Kredit Sektor Maritim".

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kinerja perbankan kuartal I-2015 dilihat dari perolehan laba bersih dinilai menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Irwan Lubis mengatakan, laba bersih dalam kinerja perbankan tidak bisa berdiri sendiri. Laba bersih merupakan hasil dari aktivitas bisnis perbankan, dimana salah satu aktivitas utama yakni pemberian kredit.

Menurutnya, pertumbuhan kredit pada kuartal I-2015 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit kuartal I-2014, kredit tumbuh sekitar 1 persen year to date di kuartal I-2015. Otomatis pendapatan bunga yang berasal dari pemberian kredit menurun, sementara biaya dana tetap karena dana bank juga mengalami pertumbuhan.

“Memang kalau dibadingkan kuartal I-2014 ada pelambatan pertumbuhan laba hampir di semua buku. Tapi saya kira penurunan laba hanya sedikit, tidak terlalu tajam,” kata Irwan di kantor pusat OJK Jakarta, Senin (4/5).

Irwan menjelaskan, biasanya pertumbuhan kredit di kuartal I lebih lambat dibandingkan kuartal II, III, dan IV pada tahun yang sama. Diharapkan, kuartal selanjutnya ada peningkatan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Misalnya, belanja infrastruktur penggerak sektor riil akan memacu kredit perbankan.

“Karena target 16 persen itu kan posisi akhir tahun, sehingga kalau kuartal I baru 1 persen year to date, atau 12 persen secara tahunan, harus kerja keras,” imbuhnya.

Meski demikian, Irwan menilai target pertumbuhan kredit tidak perlu direvisi. Sebab, pertumbuhan kredit menjadi salah satu yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Jika kuartal II belanja pemerintah mulai naik, belanja swasta naik, dan konsumsi rumah tangga membaik, pemerintah dan regulator optimistis pencapaian target pertumbuhan kredit. “Karena dari sisi funding tidak masalah. Likuiditas juga tidak longgar-longgar amat tapi cukup secure,” ujarnya.

Sebagai gambaran, kinerja laba bersih PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pada kuartal I-2015 hanya tumbuh 4,3 persen (yoy), dibandingkan kuartal I-2014 yang tumbuh 14,5 persen (yoy). Secara nominal, laba bersih Bank Mandiri tercatat Rp 5,1 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 4,9 triliun. Salah satu penyebab turunnya pertumbuhan laba bersih yakni beban bunga yang meningkat 35,3 persen, dari Rp 5,06 triliun menjadi Rp 6,85 triliun.

Sedangkan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 6,1 triliun, atau hanya tumbuh 3,3 persen (yoy) dibandingkan kuartal I-2014 yang mencapai Rp 5,9 triliun. Sementara, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat pertumbuhan laba bersih lebih positif yakni tumbuh 17,7 persen (yoy). Namun dari segi nominal, laba bersih BNI berada di bawah Bank Mandiri dan BRI. Laba bersih BNI tercatat sebesar Rp 2,82 triliun pada kuartal I-2015, dibandingkan kuartal I-2014 tercatat sebesar Rp 2,39 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement