Senin 04 May 2015 15:19 WIB

Jokowi: Program Listrik 35 Ribu MW Bukan Ambisius

Rep: Heri Purwata/ Red: Satya Festiani
Presiden Joko Widodo.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Presiden Joko Widodo.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Presiden Joko Widodo menegaskan program listrik 35.000 MW bukan proyek yang ambisius. Namun target proyek ini memang sangat tinggi dan dimaksudkan untuk membayar hutang kepada rakyat Indonesia.

Jokowi mengemukakan hal itu pada peluncuran "Program 35.000 MW untuk Indonesia" di Pantai Samas, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (4/5). Peluncuran ditandai dengan penekanan tombol sirine.

Sebelumnya, didahului dengan penandatanganan power purchased agreement (PPA), letter of intent (LoI), serta groundbreaking proyek pembangkit. PPA terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Samas Bantul DIY, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kendari 3 Sulawesi Tenggara, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Malea Sulawesi Selatan, PLTU Jeneponto Sulawesi Selatan. LoI terdiri engineering, procurement, construction PLTU Grati Pasuruhan Jawa Timur. Groundbreaking terdiri PLTA Jatigede Sumedang Jawa Barat, PLTU Pangkalan Susu Unit 3 dan 4 Sumatera Utara, PLTU Takalar Sulawesi Selatan. Serta penandatanganan perjanjian jual beli gas (PJBG).

Dijelaskan Jokowi, banyak orang yang menyangsikan keberhasilan program ini. Sebab selama 70 tahun Indonesia merdeka baru dapat membangun 50 ribu MW. Saat ini mencanangkan program 35.000 MW dalam waktu lima tahun. "Untuk keberhasilan, proyek ini akan terus saya pantau," kata Jokowi.  

Jokowi melakukan video conference dari Pantai Samas, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan PLTA Jatigede Sumedang, PLTU Pangkalan Susu Sumatera Utara, PLTU Jeneponto Sulawesi Selatan.

Sementara  Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan kebutuhan listrik tahun 2015-2019 diprediksikan tumbuh 8,7 persen per tahun. Meskipun pemerintah telah berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan listrik, tetapi baru bisa memenuhi 84 persen dari seluruh kebutuhan.

Kata Sudirman, rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) ada 109 proyek untuk "Program 35.000 MW" tersebar di seluruh Indonesia. Sebesar 10.000 megawatt (MW) ditangani langsung PLN, sedang 25.000 MW  dikerjakan pihak swasta ada 74 proyek. Sebarannya, Sumatera asa 59 lokasi, Jawa 34 lokasi, Sulawesi 49 lokasi, Kalimantan 34 lokasi dan Indonesia Timur ada 34 lokasi.

Keberadaan pembangkit tenaga listrik ini diprediksikan menjadi penggerak dan menumbuhkan ekonomi masyarakat. "Kita ingin membangun sifat tersebut tidak hanya terhadap bidang industri dan investasi, namun juga lapangan kerja hingga serapan komponen dalam negeri," kata Sudirman.

Industri, kata Sudirman, pasti tumbuh. Karena Progam 35.000 MW ada 75.000 set tower transmisi dan 1.382 unit gardu induk. Selain itu, ada 301.500 km konduktor almunium, 2.600 set travo, 35 juta ton baja profil dan pipa luar pembangkit listrik.

Bahkan, kata Sudirman, bisa menciptakan lapangan kerja baru dan menyerap sekitar 650.000 tenaga kerja langsung dan tiga juta tenaga kerja tak langsung. "Jika satu tenaga kerja membawa manfaat bagi empat orang lain maka ada 20 juta orang yang mendapat manfaat ekonomi," kata Sudirman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement