Kamis 23 Apr 2015 23:42 WIB

Pengamat: AAIB, Harus Ciptakan Keadilan yang Merata

Rep: C84/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Xi jinping memberikan pandangan nya mengenai Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika saat leader summit yang merupakan puncak rangkaian peringatan 60 tahun KTT Asia Afrika di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (22/4).(Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Xi jinping memberikan pandangan nya mengenai Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika saat leader summit yang merupakan puncak rangkaian peringatan 60 tahun KTT Asia Afrika di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (22/4).(Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap Presiden Jokowi yang mengkritisi Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) pada pembukaan peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (22/4), kemarin mendapat sambutan hangat dari masyarakat Indonesia.

Cina, melalui Presidennya, XI Jinping kembali mengemukakan inisiatifnya untuk pembentukan Bank Pembangunan Infrastruktur dan Investasi Asia (AAIB) yang ia nilai sebagai salah satu bentuk komitmen Cina terhadap kemajuan yang lebih adil dan inklusif. Dalam pidatonya tersebut, Xi mengatakan  keberadaan AAIB itu untuk mencapai pertumbuhan yang merata bagi negara-negara di Asia.

Menanggapi hal ini, Direktur Indef Enny Sri Hartati mengatakan langkah tersebut merupakan sebuah keputusan yang baik, asalkan pada implimentasinya nanti akan memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian di Indonesia.

"Ini kan wacana membentuk bank infrastruktur asia ini untuk kepentingan negara-negara Asia. Mendukung atau tidak, yang terpenting ialah seberapa besar pemanfaatannya untuk kepentingan dalam negeri," ujar Enny, kepada ROL, Kamis (23/4).

Enny menambahkan, pembentukan AAIB tidak menjadi masalah selama skema dan filosofi yang ingin dibangun saling menguntungkan dengan tidak adanya intervensi, tidak lagi didikte, dan tidak ada eksploitasi. Jika hal ia sebutkan tadi dapat terlaksana, maka Indonesia akan mendapatkan manfaat besar dengan adanya AAIB.

"Tapi kalau, nantinya sama dengan yang terjadi seperti IMF dan Bank Dunia yang banyak merugikan Indonesia, buat apa?" tanyanya.

Untuk itu, ia menyatakan seharusnya dari awal sudah dipastikan skema-skema kerjasama yang nantinya akan dikembangkan mampu menguntungkan semua pihak, jangan sampai hanya 'berganti baju' saja dan tidak berikan manfaat bagi Indonesia.

Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, lanjutnya, selama ini hanya menjadi objek semata, dan dengan adanya AAIB tentu memberikan suatu alternatif baru.

"Yang terpenting alternatif baru ini benar-benar menguntungkan. Ini kan baru inisiasi, mungkin nanti akan melibatkan negara-negara lai, tidak mungkin CIna sendirian, namun saya belum tahu secara jelas formatnya seperti apa," lanjut Enny.

Enny menambahkan, seharusnya AAIB nantinya jika tersebut jangan seperti yang terjadi pada IMF dan Bank Dunia yang didominasi negara-negara maju dimana aspek kesetaraan dan keadilan untuk negara berkembang hampir tidak ada.

"Jangan keluar dari mulut buaya, kemudian masuk ke mulut harimau," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement