REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menyebut buruknya kilang-kilang minyak Indonesia saat ini tidak terlepas dari peran para mafia migas. Sudah puluhan tahun, kilang minyak tidak pernah diperbaiki apalagi dibangun.
Sofyan pun mengaku sangat menyayangkan mengapa Pertamina tidak pernah lagi membangun kilang minyak baru. Padahal, kata dia, dulu pernah ada investor yang mau membangun kilang minyak di Indonesia.
Sofyan menceritakan, saat dirinya menjabat sebagai Menteri BUMN pada periode kabinet Indonesia Bersatu Jilid I, pembangunan kilang sudah diwacanakan oleh Direktur Utama Pertamina periode 2006-2009 Ari Soemarno.
"Waktu itu tahun 2007 ada investor yang sudah tertarik. Pembicaraan juga sering dilakukan. Tapi tidak tahu kenapa sampai sekarang tidak kunjung ada kilang minyak baru," kata Sofyan saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jumat (17/4).
Padahal, kata Sofyan, kalau Pertamina saat itu serius membangun, maka kilang minyak baru sudah ada di Indonesia. Kalau itu terwujud, maka produksi BBM dalam negeri pasti akan lebih banyak lagi.
"Barangkali itu yang mafia migas inginkan. Mereka tidak ingin ada kilang di dalam negeri. Maka Pertamina tidak membangun kilang. Karena kalau kita membangun kilang, kita bisa membeli minyak mentah secara G to G (government to government). Jadi mafia migas yang jadi calo tidak bisa dapat uang," ungkap Sofyan.
Karena itu, Sofyan berharap Pertamina dapat komitmen melakukan perbaikan atau membangun kilang minyak. Pemerintah, sebut Sofyan, akan memberikan berbagai macam insentif kepada investor yang mau menanamkan modalnya.
Dia mengatakan pembangunan kilang diupayakan memang berasal dari kerjasama pemerintah swasta. Sebab, biaya investasinya sangat besar.
"Pembangunan kilang butuh uang banyak. Untuk kilang produksi 300 ribu barel per hari misalnya, butuh investasi di atas 10 miliar dolar AS. Pemerintah mendorong dengan menyiapkan insentif," kata Sofyan.