REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembiayaan mikro belum bisa dipastikan jumlahnya di Indonesia karena belum ada data yang terkumpul. Tapi, jumlah yang merasakan manfaatnya diperkirakan setidaknya mencapai satu lima juta orang.
Dalam forum diskusi ekonomi syariah yang digelar IFSB beberapa waktu lalu, peneliti ekonomi syariah University of New Orleans AS M Kabir Hassan menyebut, ada 255 institusi pembiayaan mikro syariah di 16 negara OIC dan kliennya baru 1,28 juta nasabah.
Direktur IKNB Syariah OJK Mochamad Muchlasin mengakui Indonesia belum memiliki data lembaga keuangan syariah. Jadi sulit memastikan data di IFSB ada Indonesia di dalamnya. Tapi dengan melihat perkiraan jumlah BMT yang ada, pembiayaan mikro bisa jadi memang belum terlalu banyak.
Muchlasin mencontohkan BMT Sidogiri yang nasabahnya 500 ribu orang. Jika digabung dengan kelompok gabungan BMT yang ada, yang dibiayai bisa mencapai satu juta pengusaha mikro.
''IDB menyebut Indonesia itu pemalu, banyak yang sudah dilakukan tapi tidak banyak menyampaikan ke luar,'' kata Muchlasin di sela-sela seminar keuangan syariah di Kementerian Keuangan, Selasa (14/4).
Jika dirunut, sudah ada formalisasi lembaga pembiayaan mikro sekitar tahun 2000 melalui BPR. Tapi dalam perjalanannya, masyarakat lebih menyukai lembaga dengan format koperasi simpan pinjam atau BMT yang tidak terlalu ketat.
''Saat ini yang bisa dijalankan, ya dijalankan dulu. Hanya memang, perlu dicarikan cara agar tata kelola LKM bisa lebih baik tidak mengandalkan tokoh yang dipercaya saja,'' kata Muchlasin.
Sistem laporan keuangan PSAK ETAP masih dianggap rumit dan memakan biaya oleh LKM seperti BMT. Otoritas juga memikirkan agar ada cara yang lebih mudah misalnya dengan pedoman pembukuan.