REPUBLIKA.CO.ID, NAGOYA -- Setelah sempat memproduksi pesawat tempur semasa Perang Dunia II, Zero (kini Mutsubishi) meluncurkan dan siap menguji terbang pesawat regional MRJ. Ini sekaligus mengakhiri penantian Jepang yang dijatuhi sanski pelarangan produksi pesawat pasca selama 50 tahun pasca Perang Dunia II.
Akhir pekan lalu Mitsubishi memutuskan untuk kembali mendorong industri penerbangan mereka dalam beberapa bulan ke depan dan meyakinkan usaha baru ini tidak akan mengganggu usaha yang sudah ada. Fasilitas usaha baru ini pun dikabarkan sudah siap.
Vice President Mitsubishi Aircraft Corp. Nobuo Kishi mengatakan, pesawat percobaan MRJ yang dibuat sudah siap dicat. Namun, tes penerbangan akan terlambat dari jadwal yang ditargetkan.
"Kami menilai penundaan ini bukan sebagai kemunduran, tapi sarana perbaikan. Kami tak ingin tes penerbangan terganggu karena butuh modifikasi di tengah perjalanan," ungkap Kishi seperti dikutip Japan Today, Senin (13/4).
Mitsubishi optimistis bisa menyelesaikan proyek ini sesegera mungkin. MRJ dengan 70-90 kursi ini sekaligus jadi pertaruhan setelah Mitsubishi menjalin kerja sama dengan Boeing untuk produksi Boeing 787 Dreamliner.
"Ini kesempatan terakhir untuk masuk dalam usaha manufaktur pesawat secara nyata. Mitsubishi Heavy Industries punya visi jauh atas industri ini," kata head of marketing for Mitsubishi Aircraft Corp. Hideyuki Kamiya.
Kamiya yakin, dengan segala sumber daya yang dimiliki, Mitsubishi tak kalah untuk bersaing dalam industri ini. Nagoya sendiri dipilih jadi basis produksi pesawat Mitsubishi. Langkah ini sejalan dengan visi Perdana Menteri Shinzo Abe untuk menghidupkan kembali tradisi monozukuri (menciptakan sesuatu).