Sabtu 04 Apr 2015 11:16 WIB

Cilamaya Dibatalkan, Pertamina ONWJ Targetkan Peningkatan Produksi

Rep: C85/ Red: Indira Rezkisari
Petugas melakukan pengecekan saluran pipa Stasiun Kompresor Gas (SKG) PT Pertamina Gas Area Jawa Bagian Barat (JBB) Distrik Cilamaya, Karawang, Jabar.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Petugas melakukan pengecekan saluran pipa Stasiun Kompresor Gas (SKG) PT Pertamina Gas Area Jawa Bagian Barat (JBB) Distrik Cilamaya, Karawang, Jabar.

REPUBLIKA.CO.ID, CILAMAYA - Pertamina ONWJ (Offshore North West Java) menargetkan peningkatan produksi minyak hingga 50 ribu barel per hari pada tahun 2022 mendatang. Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menjelaskan bahwa target peningkatan produksi salah satunya dengan mengembangkan 4 POD (plant of development) di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Area Cilamaya sendiri menjadi sentral area bagi operasi Pertamina ONWJ hingga saat ini.

"Memang seperti yang disampaikan rencana pengembangan kita disebut sentral area yang mana menjadi alur pelayaran saat ini. Kita kembangkan lagi. Ada 4 POD yang kami rencanakan dan akan dilakukan amdal. Karena sudah ada kejelasan tentang cilamaya akan kami kembangkan," jelas Syamsu, Jumat (3/4).

Sedangkan untuk gas, Syamsu melanjutkan, Pertamina ONWJ menargetkan peningkatan produksi menjadi 200 juta kaki kubik per harinya. "Tahun 2022 sampai 2027 produksi kita bisa 50 ribu barel hari dan 200 juta kaki kubik untuk gas," ujar Syamsu.

Saat ini produksi minyak oleh Pertamina ONWJ sebesar 40.300 barel per hari, berdasarkan data dari SKK Migas. Sedangkan untuk gas sebesar 180 juta kaki kubik.

Target peningkatan produksi sendiri sejalan dengan pembatalan pembangunan pelabuhan di Cilamaya. Pelabuhan yang rencananya akan digeser ke arah timur, Subang atau Indramayu, dianggap Syamsu sesuai dengan arahan dari Pertamina. Padatnya rute pipa dan banyaknya anjungan minyak lepas pantai menjadi alasan utama bagi Pertamina ONWJ untuk menolak rencana pembangunan Cilamaya.

Syamsu menambahkan, upaya peningkatan produksi sendiri memiliki tantangan di saat harga minyak dunia masih rendah. Belum lagi, lanjut Syamsu di saat kurs rupiah sedang anjlok maka peningkatan produksi penting artinya bagi Indonesia untuk menekan ketergantungan akan impor BBM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement