Kamis 26 Mar 2015 17:06 WIB

Menteri Susi: Ada Perbudakan di Benjina

Rep: c85/ Red: Satya Festiani
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti.
Foto: Republika/Wihdan H
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ternyata masih ada praktik perbudakan di wilayah Indonesia. Setidaknya itulah temuan yang diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kepada awak media.

Susi menerima laporan bahwa perbudakan dilakukan oleh sebuah perusahaan perikanan bernama PT Benjina Pusaka Resources yang, kata Menteri Susi, berinduk di Thailand. Dengan menggunakan Kapal Motor (KM) Nunukan, perusahaan ini mengangkut ikan hasil tangkapan ke luar negeri.

Susi merasa kecewa. Dengan hasil investigasi yang dimuat oleh Associated Press ini, Susi menilai seolah-olah bangsa Indonesia yang kena getahnya. Padahal, lanjutnya, PT PBR yang melakukan tindak illegal fishing ini beroperasi untuk Thailand dengan menggunakan nama perusahaan lokal.

"Adalah investigasi dari AP tentang PT Pusaka Benjina Resources yang lakukan perbudakan di Benjina. Dan KM Nunukan adalah kapal angkut yang membawa barang barang hasil ilegal fishing dari kapal atas nama Benjina tadi," jelas Susi, Kamis (26/3).

KM Benjina sendiri saat ini sedang dilakukan verifikasi di Tual, Maluku. KM Benjina ditahan karena dianggap membawa muatan ikan yang diduga berasal dari tindakan illegal fishing.

Informasi perbudakan yang dilakukan PT Pusaka Benjina Resources diketahui Susi setelah membaca laporan investigasi media asing, Associated Press. Dalam laporan yang dimuat dalam AP.org dengan judul "AP Investigation: Are slaves catching the fish you buy?" itu menuliskan adanya pemaksaan kerja selama 22 jam per hari tanpa hari libur kepada ABK di kapal milik PT Pusaka Benjina Resources.

Bahkan, AP juga mengungkapkan, para pekerja paksa tersebut sampai harus mengonsumsi air kotor untuk minum. Hasil tangkapan ikan perusahaan tersebut sampai diekspor ke Amerika Serikat dan disalurkan ke toko ritel besar di negeri itu, yaitu Walmart.

Susi menegaskan, meski peristiwa perbudakan yang ditemukan terjadi di Indonesia, dia mengatakan bahwa perusahaan yang melakukan bukan beroperasi untuk Indonesia. Hal inilah, yang menurut Susi justru akan menyulut gelombang protes kepada Indonesia.

"Bahwa itu dilakukan di wilayah kita iya. Tapi bukan kita yang lakukan. Pelaku ilegal fishing yang lakukan. Kalau dibaca semua sangat sedih sekali," ujar Susi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement