REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- RAM Ratings menilai konsolidasi perbankan Islam Malaysia yang selama ini skalanya masih kecil tetap potensial untuk meningkatkan daya saing.
''Dengan pembentukan bank Islam yang bermodal besar dan berdaya jangkau lebih luas masih jadi agenda nasional,'' kata Co-Head Financial Institution Ratings Wong Yin Ching, seperti dikutip laman CPI Financial awal pekan ini.
Topik ini sejalan dengan target bank sentral Malaysia, Bank Negara Malaysia, untuk memperkuat keunggulan sektor keuangan Malaysia.
Meski rencana penggabungan bank-bank Islam seperti CIMB Islamic Bank Berhad, RHB Islamic Bank Berhad dan Malaysian Building Society Berhad akan dilakukan tahun ini, diskusi dan kajian masih terus dilakukan.
Industri perbankan Islam yang asetnya 22 persen dari total perbankan Malaysia membutuhkan empat tahun untuk menggandakan asetnya hingga mencapai 479 miliar ringgit di akhir Desember 2014.
Pertumbuhan pembiayaan diprediksi akan berkisar pada 15 persen tahun ini di tengah kondisi makro ekonomi yang ketat dengan sejumlah tantangan global.
Pembiayaan bermasalah yang rendah, 1,2 persen di akhir Desember 2014, ditambah pertumbuhan signifikan beberapa tahun belakangan masih jadi penanda sehatnya industri perbankan Malaysia.
Modal Tier 1 perbankan Islam Malaysia di akhir 2014 mencapai 11,4 persen. Industri juga diyakini masih bisa menekan pembiayaan bermasalah di bawah dua persen dengan kondisi ekonomi global saat ini.
Poin lain yang meyakikan kekuatan industri ini adalah model bisnis perbankan universal yang memungkinkan mereka mendapat manfaat branding serta dukungan modal dan dana dari bank induk.
Kesegaraan untuk menggunakan Basel III liquidity coverage ratio pada Juni 2015 telah mengintensifkan persaingan pengumpulan dana, menaikkan pembiayaan dan tidak memengaruhi profitabilitas.
Di akhir Desember 2014, rasio pembiayaan terdahap dana industri perbankan syariah Malaysia mencapai 83 persen yang mencerminkan kondisi pembiayaan dan pendanaan yang masih baik.