Kamis 12 Mar 2015 16:17 WIB

Rupiah Terpuruk, Antam Belum Butuh Lindung Nilai

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kantor pusat Antam
Foto: Tahta/Republika
Kantor pusat Antam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, PT Antam, Tbk belum melakukan lindung nilai atau hedging meski rupiah masih terpuruk. Corporate Secretary PT Antam, Tbk Tri Hartono mengatakan, dengan pelemahan rupiah justru Antam mendapat "gain" berkat komoditi Antam yang berorientasi ekspor.

"Kami belum lakukan hedging. Proporsi pendapatan dalam dollar AS yang didapat Antam sebesar 80 persen dari komponen transaksi. Sementara pengeluaran dalam dollar AS sekitar 40 persen dari komponen transaksi," jelas Tri kepada ROL, Kamis (12/3).

Tri juga menjelaskan, dampak depresiasi rupiah pasti akan sangat dirasakan oleh perusahan yang transaksinya banyak dengan dolar AS. Namun, lanjutnya, Antam yang justru lebih banyak ekspor komoditi tambang mendapat "gain" dari penguatan dolar AS ini.

"Ya yang jelas kalau produk Antam kan mayoritas kan ekspor. Artinya kalau dihubungkan dengan kurs yang melemah kan ada gain di kita. Karena produk kita kan orientasi ekspor," ujar Tri.

Namun, Tri menambahkan, Antam masih melakukan perhitungan terhadap transaksi yang menggunakan mata uang asing. Hal ini, menurutnya, untuk menentukan langkah lebih lanjut akibat pelemahan rupiah.

"Jadi secara makro kalau bicara rupiah melemah kita justru diuntungkan. Kita masih mencari berapa banyak komponen yang kami transaksi kan dengan dolar. Karena impact nya kan ada kalau itu," ujarnya.

Sebelumnya, pada awal Maret ini harga jual emas Antam naik Rp 2 ribu per gram menjadi Rp 549 ribu per gram dari harga sebelumnya Rp 547 ribu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement