Rabu 11 Mar 2015 20:13 WIB

Adaro Optimis Permintaan Batu Bara Akan Meningkat

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Adaro
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Adaro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga batu bara internasional (Global Coal Newcastle) mengalami penurunan sebesar 17 persen pada 2014 dengan harga rata-rata di kisaran 70,95 dolar AS. Melemahnya permintaan domestik Cina, depresiasi mata uang negara-negara eksportir utama batubara terhadap dolar AS dan kontrak take-or-pay Australia merupakan faktor di balik melemahnya harga batubara internasional.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, situasi makro tahun lalu masih sulit dengan harga batu bara yang masih tertekan akibat kelebihan pasokan dan kapasitas di pasar. Pihaknya memperkirakan kondisi pasar masih akan menantang pada 2015.

Meskipun demikian, pertumbuhan permintaan batu bara di masa yang akan datang tampak meyakinkan mengingat rencana pemerintah Indonesia untuk membangun beberapa pembangkit listrik tenaga uap baru. Adaro akan terus berpartisipasi dalam mendukung pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor.

Secara keseluruhan, Adaro memperkirakan kondisi kelebihan pasokan dan kapasitas masih akan berlanjut di tahun 2015. Walaupun ketidakseimbangan pasar akan lebih kecil dibandingkan pada tahun 2014.

Harga batu bara masih lemah pada tahun 2014 akibat kondisi kelebihan pasokan yang terus berlanjut dan melemahnya permintaan dari China. Harga jual rata-rata turun lima persen dibanding tahun lalu namun kami berhasil membukukan volume penjualan yang lebih tinggi karena permintaan atas batu bara Adaro tetap stabil walaupun di tengah kondisi pasar yang menantang.

Pendapatan usaha meningkat tipis sebesar satu persen menjadi 3.325 juta dolar AS pada 2014, dengan volume penjualan yang meningkat sebesar tujuh persen menjadi 57 juta ton, baik dari Envirocoal melalui PT Adaro Indonesia (AI) dan Balangan Coal melalui PT Semesta Centramas (SCM).

Pada 2014, nisbah kupas konsolidasi Adaro mencapai 5,68 kali, sedikit lebih rendah dari target nisbah kupas 2014 sebesar 5,78 kali namun sedikit lebih tinggi dari 2013 sebesar 5,64 kali. Beban pokok pendapatan Adaro meningkat 3 persen menjadi 2.605 juta dolar Australia karena pemindahan lapisan penutup yang 8 persen lebih tinggi dibandingkan 2013 menjadi sebesar 319,1 Mbcm dan jarak angkut lapisan penutup yang lebih jauh.

Biaya kas batubara Adaro Energy (tidak termasuk royalti) turun 5 persen menjadi 33,03 dolar AS per ton, dibawah panduan tahun 2014 sebesar 35 dolar AS sampai 38 dolar AS per ton. Biaya kas batubara yang lebih baik dari estimasi disebabkan oleh kedisiplinan Adaro dalam menerapkan efisiensi biaya, biaya bahan bakar yang lebih rendah dari perkiraan, biaya pengangkutan dan bongkar muat batubara yang lebih rendah, serta volume pembelian batubara pihak ketiga yang lebih rendah.

Royalti yang dibayarkan ke Pemerintah naik 2 persen menjadi 354 juta dolar AS, sejalan dengan kenaikan pendapatan. Royalti merupakan 14 persen dari total beban pokok pendapatan pada 2014.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement