Rabu 11 Mar 2015 17:37 WIB

Pemerintah Diharapkan Beri Kredit Ekspor

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Djibril Muhammad
Ekspor Sepeda Motor: Pekerja memoles ban sepeda motor sebelum diangkut ke kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (22/12).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ekspor Sepeda Motor: Pekerja memoles ban sepeda motor sebelum diangkut ke kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (22/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) mengatakan, untuk mengatasi pelemahan rupiah pemerintah ingin mendorong peningkatan ekspor. Upaya peningkatan ekspor bisa cepat dilakukan dengan pemberian insentif berupa kredit ekspor.  

"Kalau kita diberikan kredit ekspor, maka biaya bunga bisa dikurangi," kata Adhi ketika ditemui di Kementerian Perindustrian, Rabu (11/3).

Menurut Adhi, insentif kredit ekspor bisa lebih cepat dinikmati oleh pelaku industri ketimbang tax allowance. Sebab, tax allowance sangat terbatas dan dampaknya baru bisa dirasakan pada tahun depan atau jangka menengah. Apalagi, industri makanan dan minuman telah menyumbang ekspor cukup besar yakni enam miliar dolar AS.

"Kita bisa saja mendorong ekspor tapi tidak dalam waktu dekat, kecuali ada insentif pemberian kredit ekspor," kata Adhi.

Salah satu upaya untuk menstabilkan rupiah yakni melalui peningkatan ekspor. Dalam jangka pendek, agar ekspor dapat ditingkatkan maka pemerintah harus memberikan kompensasi kenaikan biaya-biaya tersebut melalui insentif kredit ekspor.

Menurut Adhi, ekspor masih sulit didongkrak secara cepat karena ada risiko bunga rupiah mahal. Namun, apabila income ekspor dan kredit diberikan dalam dolar AS maka tidak ada risiko yang berarti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement