REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) menjadikan 2015 ini sebagai tahun untuk mendorong sektor riil di kala sektor keuangan syariah sedang berusaha tumbuh lebih baik.
Sebagai bagian sektor riil, industri penerbitan buku-buku Islam tak bisa dielakkan perannya mengembangkan usaha umat. Pertumbuhannya makin terasa dengan kerja sama antar penerbit buku Islam di ajang tahunan Islamic Book Fair.
Di tahun pertama IBF pada 2001, kegiatan ini hanya diisi 75 stan dengan penerbit tidak lebih dari 20 penerbit. 2015 ini, jumlah stan yang ada sudah 415 dengan peserta dari 113 penerbit.
Industri buku Islam pun lebih tahan guncangan ekonomi, termasuk saat terjadi krisis global 2008 yang tak hanya merontokkan sektor keuangan, tapi juga penerbitan umum. Tapi penerbitan buku Islam bisa bertahan dan terus tumbuh.
''Kami melihat ada keberkahan. Sebab misi penerbit buku Islam tidak melulu soal bisnis, tapi syiar Islam dan dakwahnya. Jadi keuntungannya ganda,'' tutur Afrizal kepada ROL, Selasa (3/3).
Pahala, mayoritas penerbit buku Islam adalah usaha kecil menengah (UKM) yang modal awalnya tidak besar, sekitar Rp50 juta saja. Tapi mereka bisa membuktikan mampu bertahan dan terus meningkatkan jumlah buku yang diterbitkan.
Inilah saatnya sektor keuangan syariah ikut berperan, sebab potensinya luar biasa dan belum tersentuh. Afrizal menilai industri penerbitan buku Islam sudah laik bekerja sama dan dikembangkan perbankan syariah.
''Tidak dibantu perbankan saja penerbit Islam bisa hidup, apalagi jika ada kerja sama,'' ungkap Afrizal.