REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ekonom yang juga merupakan Ketua Tim Independen Kajian Pangan Universitas Andalas Jhon Farlis meragukan kevalidan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut terjadi deflasi 0,36 persen di Februari 2015.
Sebab, melihat kenyataan di lapangan, kenaikan harga terjadi di sektor pangan dan transportasi. Rupiah pun masih melemah. Dikatakannya, saat ini harga beras yang menjadi penyulut utama inflasi masih tinggi.
Selain itu, harga BBM yang naik berdampak pada tarif transportasi yang juga naik. Maka menurutnya, dari kasat mata pun, orang bisa melihat bahwa sekarang ini tengah terjadi inflasi.
Tidak logis jika saat ini disebut deflasi. Berdasarkan pengamatannya, tingkat inflasi pada Februari memang tidak terlalu tinggi, masih hampir sama dengan inflasi di Januari yakni di bawah satu persen.
"Saya hormati data BPS, jadi saya bukan tak percaya sepenuhnya, tapi ini bukan rukun iman yang wajib dipercaya," tuturnya.
Makanya mesti diselidiki bagaimana BPS melakukan pengumpulan data sehingga menyebut Februari terjadi deflasi. Lagi pula, ketika survei yang diterapkan, akan keluar hasil dengan tingkat keakuratan rendah.