REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- PT.Ecogreen Oleochemical di Belawan, Sumatera Utara sudah "merumahkan" 200 orang pekerjanya karena perusahaan itu dilaporkan tidak bisa beroperasi akibat pasokan gas tidak memadai.
"Dari 16 BAR yang dibutuhkan, dewasa ini pasokan dari PT.PGN tinggal 2 BAR. Kami para pekerja sudah di 'rumah',"kata karyawan perusahaan itu, Nelson Manalu di Medan, Senin (2/3).
Menurut dia, tidak tahu sampai kapan mereka tidak bekerja karena tergantung kepastian pengusaha mendapatkan pasokan gas. "Tetapi pekerja mulai was-was di PHK, karena hingga kini Sumut masih mengalami krisis gas," katanya.
Selain PGN belum menunjukkan tanda-tanda memenuhi kontrak gas ke pengusaha, kata dia, Gas Arun yang dijanjikan juga molor terus.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pemakai Gas Indonesia (Apindo) Sumut, Johan Brien menyebutkan, krisis gas itu memang sudah semakin meresahkan pengusaha. Dari minimal kebutuhan gas yang sebesar 29,54 million standard cubic feet per day (mmscfd), alokasi dewasa ini tinggal hanya sekitar 7 mmscfd termasuk satu mmscfd dari Gas Benggala. Padahal "waiting list" perusahaan yang membutuhkan gas mencapai 140 mmscfd.
Menurut Johan, Apindo, Kadin dan Apigas tanggal 28 Januari 2015 sudah kembali mengirimkan surat yang berisi permintaan solusi krisis gas itu ke Presiden Joko Widodo. Pengusaha, berharap masalah krisis gas itu bisa diselesaikan secepatnya.
"Ecogreen masih salah satu perusahaean yang sudah tidak kuat lagi dengan tidak adanya gas. Padahal produknya untuk ekspor," katanya.