Ahad 01 Mar 2015 22:37 WIB

Soal Industri Halal, Indonesia Tak Mau Kalah

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Satya Festiani
Pariwisata syariah.
Foto: ROL/Agung Sasongko
Pariwisata syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski dinilai agak terlambat, pengembangan industri halal Indonesia tetap berjalan. Indonesia pun tak ingin kalah menjadi acuan standar halal internasional.

Dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PT Sofyan Hospitality International dengan Korea Halal Inc. beberapa waktu lalu, Wakil Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Osmena Gunawan menyambut baik Indonesia jadi acuan standar industri halal untuk hotel dan restoran, meski ia menilai ini agak terlambat.

Osmena mengungkapkan, hal seperti inilah diinginkan umat Islam, kemana pun pergi makanan halal dan fasilitas ibadah bisa mudah ditemukan. Sebab, ia menekankan pentingnya makanan halal untuk Muslim.

Korea, Jepang, dan Vietnam, kata Osmena, sedang menggebu-gebu untuk mempercepat pengembangan industri halal mereka. Jakarta sudah punya Peraturan Gubernur tentang restoran halal sejak 2012, tapi belum berjalan. Hal semacam itu yang menurutnya harus digarap bersama.

''Bukan berarti tidak boleh ada yang masak babi, silakan saja. Yang penting, jelas dibedakan mana yang halal dan haram,'' ungkap wanita juga Direktur LPPOM MUI DKI Jakarta ini.

Ia berharap semoga kerjasama pengembangan industri halal tidak berhenti antara Indonesia dengan Korea, tapi juga bisa dengan negara lainnya. Ini juga yang harusnya diaplikasikan dari Undang-undang nomor 33/2014 tentang jaminan produk halal dimana fokusnya tidak  hanya sekadar sertifikasi tapi juga mendorong pembentukan jejaring halal.

Chairman Sofyan Hospitality International Riyanto Sofyan mengatakan tidak sulit bagi Indonesia agar tidak kalah dengan yang lain, apalagi banyak faktor yang membuat Indonesia kondusif.

''Tinggal poles sedikit di sertifikasi halal. Produk halal Indonesia juga bagus dengan harga lebih murah,'' kata Riyanto.

Untuk sektor pariwisata, ia menilai Indonesia masih lemah pada infrastruktur wisata (termasuk kemudahan visa), teknologi, serta kebersihan dan keamanan.

Sekarang pariwisata syariah Indonesia sudah diutamakan sebagai sektor strategis unggulan dan semua program akan mengarah ke sana. Karena itu Riyanto melihat sektor ini akan berkembang sebab semua harus mendukung.

Apalagi Indonesia menargetkan 20 juta kunjungan wisatawan asing bisa tercapai dalam lima tahun ini. Ia berharap kunjungan lima hingga enam juta wisatawan Muslim dalam tiga tahun juga bisa tercapai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement