REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengharapkan pemerintahan Joko Widodo fokus merealisasikan sejumlah proyek konektivitas antardaerah di Sumatera untuk menekan tingginya biaya logistik dan transportasi di Tanah Air.
"Daerah di luar Jawa ini seperti ada perasaan dianaktirikan dibandingkan di Jawa. Mengapa hingga berpikiran seperti itu, karena untuk mewujudkan satu ruas jalan tol saja sulit, sementara di Jawa sudah berapa banyak jalan tol dibangun," kata Ketua Aprindo Wilayah Barat (Medan-Lampung) Hasanuri Jr di Palembang, Ahad (1/3).
Ia mengemukakan, biaya logistik di Indonesia sudah terlalu tinggi sehingga menurunkan daya saing dibandingkan negara lain.
Pemerintahan Joko Widodo diharapkan bertindak nyata terkait dengan persoalan keterbatasan infrastruktur, jalan, jembatan, hingga pelabuhan di Sumatera.
"Keterhubungan adalah sesuatu yang sangat mendesak saat ini jika bicara mengenai pertumbuhan ekonomi. Selagi belum dibenahi infrastrukturnya, maka bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan begitu-begitu saja, contohnya Sumsel yang hingga kini belum merealisasikan Pelabuhan Tanjung Api-Api," ujar dia.
Ia menambahkan, selain menunggu realisasi pelabuhan, pembangunan infrastruktur jalan tol yang menghubungkan Aceh hingga Lampung adalah sesuatu yang sepatutnya menjadi fokus pemerintahan saat ini.
Berbagai bahan baku yang menjadi penopang industri di Jawa, pada umumnya dihasilkan di Sumatera dan Kalimantan. "Jika jalur darat bisa lancar, artinya pengusaha punya alternatif lain selain laut," kata dia.
Kementerian Pekerjaan Umum mengusulkan dua ruas tol trans Sumatera dimulai pembangunannya (groundbreaking) pada 2015 setelah perampungan pembebasan lahan oleh masing-masing pemerintah provinsi terkait.
Kedua ruas tol trans-Sumatera itu adalah tol Palembang-Indaralaya 22 km dengan investasi Rp1 triliun dan tol Pekanbaru-Kandis-Dumai 135 km dengan investasi Rp14,7 triliun.
Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai biaya logistik di Indonesia yang mencapai 24 persen dari total Produk Domestik Bruto atau senilai Rp1.820 triliun per tahun merupakan biaya logistik tertinggi di dunia.
Biaya logistik di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang hanya 15 persen, serta AS dan Jepang masing-masing sebesar 10 persen.