REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Pertamina sudah memiliki skema bagaimana nasib karyawan Total E&P Indonesie yang bekerja untuk Blok Mahakam bila nanti pengelolaan lapangan itu diserahkan Pemerintah kepada Pertamina. Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) Eko Wahyu Laksmono mengatakan pihaknya sudah memiliki pengalaman dari pengambilalihan lapangan Offshore North West Java (ONWJ) yang beroperasi di Subang.
Lapangan ONWJ semulai dikuasai oleh British Petroleum (BP), perusahaan migas Inggris. Pada tahun 2009, BP merasa lapangan dengan produksi 24 ribu barel minyak per hari dan gas sebesar 220 miliar British Thermal Unit (mBTU) itu tidak lagi ekonomis untuk perencanaan bisnis jangka panjang. Pertamina kemudian memenangi tender atas aset dan saham kepemilikan BP yang meliputi 46 persen dari keseluruhan saham. Saham lainnya dimiliki oleh Inpex Jepang sebesar 7,25 persen dan perusahaan migas Cina CNOOC sebesar 36,72 persen.
Saat pengambilalihan itu, karyawan BP yang bekerja di proyek ONWJ diberi pilihan, tetap di proyek ONWJ dengan menjadi karyawan Pertamina, atau ikut induk asalnya BP, dan itu berarti tidak lagi bersama proyek ONWJ."Hampir seluruhya tetap bertahan di ONWJ. Jadi mereka hanya ganti seragam saja," kata Laksmono.
Proyek di ONWJ itu sekarang bernama Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).Pengalaman lain Pertamina dalam hal pengambilalihan adalah Blok West Madura yang dikelola Kodeco (Korean Development Company) selama 50 tahun. Menurut Laksmono, di sini pun pengambilalihan berlangsung lancar tanpa kendala yang berarti. Skenario seperti di PHE ONWJ maupun di Blok West Madura bisa saja diterapkan di Blok Mahakam.
"Apalagi Manajemen menyatakan bisa mengambil alih hingga 100 persen," katanya.