REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak New York jatuh pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) mendekati garis 50 dolar AS. West Texas Intermediate atau minyak mentah light sweet untuk pengiriman Maret pada penutupan resmi menetap di 50,32 dolar AS perbarel atau turun 82 sen dari Kamis, ketika kontrak berakhir.
WTI kemudian terus jatuh lebih jauh pada akhir perdagangan, turun di bawah 50 dolar AS. Di London, minyak mentah Brent untuk pengiriman April stabil di 60,22 dolar AS perbarel atau satu sen lebih tinggi dari hari sebelumnya.
Produksi minyak mentah AS dan Kanada terus meningkat meskipun pasar lemah. Hal ini menambah kesenjangan antara kedua acuan utama (WTI dan Brent).
"Masih naiknya produksi AS dan meningkatnya persediaan tetap lebih relevan," kata Timoethy Evans dari Citi Futures.
Analis JPMorgan mengatakan laporan penurunan produksi dan ekspor di Timur Tengah dan Afrika Utara membantu mengangkat harga minyak di London.
"Sebuah dukungan tambahan juga datang dari permintaan minyak mentah yang lebih tinggi di Eropa dari margin kilang yang kuat dan pemeliharaan kilang AS memungkinkan penyuling di tempat lain mengisi kesenjangan pasokan produk," kata mereka.
Namun pasar minyak mentah diperkirakan berada di bawah tekanan dalam jangka pendek.
Lebih luas lagi, mereka memperkirakan permintaan secara keseluruhan akan menurun seiring penyesuaian kilang dengan kondisi yang berbeda.
Harga minyak mentah AS juga jatuh karena spekulasi jumlah kilang yang turun tidak akan mengimbangi tekanan kenaikan persediaan.
Perusahaan jasa ladang minyak AS Baker Hughes mengatakan pada Jumat jumlah kilang pengeboran minyak di negara itu turun 37 kilang menjadi 1.019 kilang, tingkat terendah sejak Juli 2011.
Menurut perusahaan, ada 556 kilang ditarik keluar dari ladang minyak di AS sejak 5 Desember. Para analis mengatakan harga minyak mentah AS turun pada Jumat karena investor berspekulasi penurunan jumlah kilang tidak cukup cepat untuk menyeimbangkan pasar.