REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menyikapi harga pangan yang mengalami kenaikan di pasaran, Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim pasokan pangan aman di sektor produksi. Kenaikan harga yang terjadi belakangan ini akibat faktor alam sehingga arus distribusi terhambat.
"Apalagi ketika musim hujan saat ini, hambatan transportasi termasuk banjir bisa memengaruhi kenaikan harga," kata Plt Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Winny Dian Wibawa kepada ROL, Selasa (17/2).
Meski begitu, faktor produksi di saat musim hujan bisa saja memengaruhi kenaikan harga. Karena, cuaca yang lembab membuat petani membutuhkan lebih banyak pestisida untuk memerangi hama. Biaya produksi pun menjadi bertambah.
Disebutkannya, komoditas yang paling sulit turun dan rentan kenaikan di antaranya cabai dan bawang merah. Ketika panen bagus, hal lain yang memengaruhi harga diakibatkan distribusinya yang kurang merata.
Ada, misalnya, di satu wilayah, pasokan pangannya banyak dan di wilayah lain sedikit. Namun penggenjotan produksi, lanjut dia, tetap dilakukan dengan terus melakukan pengaturan pola pagan.
Ia menambahkan, guna menjaga ketahanan pangan, hal penting yang mesti dilakukan pemerintah yakni konversi lahan berkisar 100-110 ribu hektar per tahun. Karenanya, revolusi agraria perlu dilakukan segera.
Permasalahan pembiayaan, kelembagaan, dampak perubahan iklim, kualitas panen dan pengikisan SDM juga menjadi titik fokus yang harus diselesaikan. Petani yang dalam 10 tahun terakhir menurun dari 31 juta menjadi 26 juta harus diantisipasi dengan mekanisasi dan alat mesin pertanian (alsintan).