Rabu 04 Feb 2015 17:38 WIB

Bali Dorong 4 Desa Kembangkan Produk Asli Daerah

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indah Wulandari
Buah asli Bali
Foto: antara
Buah asli Bali

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Pemerintah Provinsi Bali terus menggalakkan program nasional 'Satu Desa Satu Produk' atau 'One Village One Product (OVOP)' untuk mendorong performa koperasi dan usaha kecil menengah (UKM) di Pulau Dewata.

Harapannya, produk setiap desa bisa berhasil memasuki pasar internasional.  "Kualitas produk-produk tradisional bisa meningkat dan mempunyai nilai jual bagus," kata Kepala Dinas Koperasi dan UKM Bali, I Dewa Nyoman Patra kepada Republika, Rabu (4/2).

Nyoman Patra mengatakan, pemerintah daerah menargetkan minimal empat desa di Bali yang menerapkan mekanisme OVOP tahun ini. Dua desa telah diresmikan, yaitu Desa Plaga di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung dengan produk asparagus, dan Bangli dengan produk jeruk Kintamani.

Pemda kini mempersiapkan dua desa berikutnya untuk direkomendasikan ke pusat, yaitu desa di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan dengan produk rebung bambu, dan Desa Kamasan di Kecamatan dan Kabupaten Klungkung dengan produk kain endek khas Bali.

Program OVOP ini tidak hanya dikhususkan untuk produk pertanian, namun juga kerajinan tangan tradisional.

Kepala Bidang Pengajian dan Pengembangan, Dinas Koperasi dan UKM Bali Kartika Jaya mencontohkan, OVOP di Plaga dikelola oleh 143 kelompok tani yang terdiri dari 3-5 anggota per kelompok. Di areal seluas enam are, kelompok tani bisa menghasilkan 50 kilogram asparagus per hari.

Masyarakat di Plaga, kata Kartika, sebelumnya lebih banyak mencari kerja ke Kuta dan Denpasar dan menyewakan tanah pertaniannya di kampung halaman. Setelah program OVOP dikembangkan, mereka kembali pulang untuk menjadi petani.

Produk asparagus di Plaga baru sebatas di jual di wilayah Bali untuk memenuhi permintaan hotel-hotel yang mencapai 200 kg per hari. Pemasaran dilakukan dengan cara petani membawa hasil panennya ke koperasi.

Koperasi akan melakukan pengemasan dan memasarkan produk tersebut langsung ke hotel. Apalagi, Desa Plaga juga telah mendapat bimbingan teknis dari International Center for Development Fund (ICDF) Taiwan yang memiliki ahli OVOP sehingga asparagus bisa dititipkan ke outlet ICDF.

Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan pengembangan 500 OVOP di Indonesia dalam lima tahun ke depan. Pemilihan desa sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah daerah yang kemudian merekomendasikannya ke pusat.

OVOP terus dikembangkan di seluruh negara di dunia. OVOP mengutamakan produk unik yang terdapat pada satu daerah yang tidak dimiliki daerah lain. Karena keunikannya dan proses produksinya yang langka, maka OVOP akan memberikan nilai tambah produk tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement