REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Suntikan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 72,97 triliun yangsebagian besar akan diberikan kepada 35 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai dapat meningkatkan daya saing Indonesia dengan negara-negara Asean. Namun, peningkatan daya saing tersebut hanya bisa diwujudkan jika BUMN dapat memanfaatkan PMN secara efisien.
Hal itu dikemukakan oleh Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Ali Sakti. Ia mengatakan, jika dilihat dari kepentingannya, ada harapan bahwa suntikan modal tersebut dapat membesarkan kapasitas BUMN. “Jika kita mengasumsikan suntikan PMN itu efisien, pasti bisa meningkatkan daya saing dengan negara lain,” jelasnya, saat dihubungi Republika, Rabu (4/2).
Ia mengaku, dana PMN sebesar Rp 48,01 triliun yang diusulkan Kementerian BUMN pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 sangat wajar mengingat hal itu untuk kepentingan ekonomi nasional.
Selain itu, kata dia, sudah menjadi rahasia umum pada semua level, swasta maupun negara, Indonesia kalah dengan negara-negara tetangga. “Terlebih pada 2015, Indonesia harus bersaing dengan negara-negara Asean dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),” ungkap Ali.
Menteri BUMN Rini M Soemarno mengusulkan PMN pada RAPBN 2015 sebesar Rp 48,01 triliun kepada 35 perusahaan milik negara yang tertuang dalam Surat Nomor: S-22/MBU/01/2015 tanggal 12 Januari.
35 BUMN yang mendapat PMN pada 2015 di antaranya, PT Angkasa Pura II, PT ASDP, PT Pelni, PT Djakarta Lloyd, PT Hutama Karya, Perum Perumnas, PT Waskita Karya, PT Adhi Karya.
Selanjutnya PTPN III, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, PT Permodalan Nasional Madani, PT Garam, PT RNI, Perum Bulog, PT Pertani, PT Sang Hyang Seri, PT Perikanan Nusantara, Perum Perikanan Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, PT Dok Perkapalan Surabaya, PT Dok Kodja Bahari.