REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) akan melakukan perampingan jumlah pengusaha konstruksi. Hal tersebut juga dilakukan dalam rangka mempersiapkan para pelaku usaha konstruksi tersebut menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015.
"Karena bagusnya dunia konstruksi Indonesia bukan dari banyaknya jumlah kontraktor, tapi dari kualitas," kata Kepala Badan pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-Pera) Hediyanto W. Husaini pada Kamis (22/1).
Jumlah pengusaha kontraktor Indonesia sebanyak 77 ribu kontraktor dengan jumlah keahlian sebanyak 101 ribu. Maksudnya, satu perusahaan kontraktor dapat menggarap lebih dari satu bidang pembangunan di mana ia dapat menjadi penyedia jasa pembangunan jalan, jembatan, gedung dan yang lainnya.
Sementara, China memiliki jumlah kontraktor di bawah Indonesia, yakni sebanyak 66 ribu, padahal jumlah penduduknya ada sekitar dua miliar jiwa. Di sisi lain, realisasi di lapangan, China menjadi nomor satu di pasar konstruksi tingkat Asia, yakni sebanyak 1,7 Triliun dolar AS, disusul Jepang senilai 742 miliar dolar, India 427 miliar dolar dan Indonesia berada di posisi keempat senilai 267 miliar dolar.
Makanya, perampingan penting untuk memfokuskan arah pemerintah menyiapkan kontraktor kompeten dalam pembangunan dalam negeri, maupun dalam bersaing di luar negeri. Kemudian, mereka akan dibina agar dapat memenuhi standar Asean Mutual Recognition Arrangement (MRA).
Ke depan, akan disiapkan perampingan berupa pembinaan agar persebatannya merata se-Indonesia. "Kita pastikan ada pemerataan di semua area, di darat, di pelabuhan, dan di semua bidang pembangunan," paparnya.