Ahad 18 Jan 2015 19:44 WIB

Pengamat: Harga BBM Bisa Turun, Harga Kebutuhan Lain Susah

Rep: C71 / Red: Bayu Hermawan
Pengendara sepeda motor mengisi BBM di SPBU Kuningan, Jakarta, Senin (12/1)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pengendara sepeda motor mengisi BBM di SPBU Kuningan, Jakarta, Senin (12/1)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pengamat Ekonomi dari Universitas Negeri Siliwangi, Tasikmalaya, Profesor Kartawan menilai penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premiun tidak akan membuat harga komoditas pokok ikut turun. Hal ini merupakan efek domino dari kenaikan BBM pada November tahun lalu.

"Efek domino dari naiknya harga BBM,  kenaikan justru mendahului bahkan sebelum pengumuman. Baru isu-isu saja sudah naik," ujar Kartawan, Ahad (18/1).

Kartawan mencontohkan hal yang terkait langsung dengan penggunaan bbm adalah angkutan umum. Saat ini, angkutan umum belum menyatakan akan menurunkan tarif. Meski begitu, Kartawan menilai tarif angkutan umum kemungkinan besar akan turun. Ini karena tarif angkutan umum diatur oleh sejumlah pemangku kebijakan.

Akan tetapi, Kartawan menilai tarif angkutan umum tidak akan kembali ke angka sebelum BBM dinaikkan. "BBM hanya salah satu dari sekian biaya yang perlu dikeluarkan pengusaha angkutan. Karena komponen lain selain bbm tidak ikut turun tentu sulit mengembalikan tarif angkutan," ujar Kartawan.

Kartawan pun menyayangkan kebijakan pemerintah yang terlalu cepat menaikkan harga BBM karena berdampak negatif pada harga komoditas. "Naik bisa, turun susah," ujar Kartawan.

Terkait keputusan pemerintah yang melepaskan harga BBM jenis premium dan solar kepada mekanisme harga minyak dunia, Kartawan menganggap warga saat ini sedang beradaptasi dengan hal baru tersebut.

"Mungkin perlu penyesuaian. Jadi ibarat pemberlakuan wajib pakai helm awalnya sempat kaget. Tapi nanti akan terbiasa seperti negara-negara lain," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement